08/04/2021 12:08:59
Info Kesehatan

Mengenal D614G, Mutasi Corona Paling Dominan di Indonesia

Foto: Ilustrasi/Internet

Mutasi virus Covid-19 terus bermunculan. Akan tetapi, di Indonesia mutasi D614 G adalah yang paling dominan. Seperti apa dan bagaimana pengaruhnya terhadap vaksin?

Baru-baru ini Indonesia dihebohkan dengan penemuan kasus mutasi Corona terbaru, yakni E484K (Eek). Namun, mutasi Eek tersebut baru ditemukan satu kasus di Indonesia.

Virus Corona diketahui telah beberapa kali bermutasi dari bentuk aslinya sejak pertama kali diidentifikasi pada Desember 2019 lalu. Saat ini ilmuwan menemukan virus D614G adalah mutasi Covid-19 yang mendominasi di seluruh dunia.

Menurut Direktur Lembaga Biologi Molekuler Eijkman (LBME) Prof Amin Subandrio, saat ini mutasi D614G masih menjadi mutasi paling dominan. Mutasi ini diidentifikasi di Indonesia awal tahun lalu dan sempat dikhawatirkan mempengaruhi efektivitas vaksin.

"Dari 244 whole genome sequencing (WGS) yang disubmit itu, ada sekitar beberapa yang belum confirm ya, yang sudah confirm itu 221 kalau tidak salah, 70 persennya D614G," katanya seperti dilansir dari Detik.com.

"Kalau di dunia di global sudah lebih dari 80 persen D614G," ujarnya melanjutkan.

Selain mutasi tertentu, para ilmuwan juga mewaspadai beberapa varian virus Corona yang telah menyebar di seluruh dunia. Sekurangnya ada tiga varian yang diwaspadai yakni B117 dari Inggris, B1351 asal Afrika Selatan, dan P1 dari Brasil.

"Sejauh ini yang ditemukan (di Indonesia) masih B117," kata Prof Amin.

Lebih menular 10 kali lipat

Virus Covid-19 yang terus bermutasi dianggap sebagai hal wajar oleh para ahli. Dari mutasi, para peneliti bisa mengetahui berbagai peluang yang bisa dilakukan untuk menghambat penyebaran virus Corona. Tapi, mutasi juga bisa berpotensi membuat virus lebih mudah menyebar, lebih efisien, dan berbahaya dalam menginfeksi sel tubuh manusia.

Berdasarkan penelitian yang dipublish di Cell dan WHO Collaborating Center di China menemukan mutasi Corona D164G bisa 10 kali lipat lebih menular daripada strain Wuhan-1 yang asli. D614G juga dilaporkan memiliki karakter protein yang cukup berbeda dari virus awalnya.

Hanya saja, Paul Tambyah, pakar penyakit menular terkemuka sekaligus Presiden International Society of Infectious Diseases menjelaskan mutasi Corona tidak berbahaya. Mutasi Corona bernama D614G di beberapa bagian dunia bertepatan dengan laporan penurunan tingkat kematian.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah mengidentifikasi mutasi virus D614G telah beredar di Eropa dan Amerika pada Februari. Sementara di Indonesia, LBME melaporkan mutasi corona D614G sudah ada sejak April.

Lalu, apakah D614G dapat mempengaruhi pengembangan vaksin seperti yang dikhawatirkan?

Menteri Riset dan Teknologi RI Prof Bambang Brodjonegoro menyebut mutasi Corona virus D614G tidak mengganggu upaya pengembangan vaksin.

Mutasi virus D614G tidak menyebabkan perubahan struktur maupun fungsi dari RBD (receptor binding domain) yang merupakan bagian dari dari virus spike yang dijadikan target vaksin.

Organisasi kesehatan dunia WHO pun menyatakan vaksin yang ada saat ini masih efektif melawan mutasi tersebut. Karenanya, belum ada anjuran untuk mengubah vaksin yang ada. (*)

Redaksi: [email protected]
Informasi Pemasangan Iklan: [email protected]
Info Kesehatan: Mengenal D614G, Mutasi Corona Paling Dominan di Indonesia