Melihat Dampak Covid-19 terhadap Mental Anak
Sudah lebih dari setahun pandemi Covid-19 berlangsung, dan belum menunjukkan tanda-tanda akan usai. Dampaknya dialami semua kalangan usia, termasuk anak-anak.
Psikolog anak Seto Mulyadi mengatakan, sebanyak 13 persen anak mengalami depresi selama pandemi Covid-19. Angka ini diperolehnya dari survei yang dilakukan Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KPPPA).
Banyaknya perubahan aktivitas, seperti melakukan kegiatan pembelajaran secara daring, mengurangi waktu bermain di luar rumah, dan menjauhi tempat-tempat kerumunanan ternyata sangat memengaruh mental anak.
"(Belajar) daring ini memiliki banyak masalah yang berdampak pada kegelisahan atau rasa cemas anak, susah tidur, sulit makan, bosan, marah-marah, malas belajar, dan lainnya," ujar Kak Seto dalam Webinar Kelompok Kerja Pendidikan Anak Usia Dini (Pokja PAUD) Jawa Barat, yang dilansir dari Kompas.com.
Sementara itu, menurut Survei Ada Apa Dengan Covid-19 (AADC-19) Jilid 2 tahun 2020 yang dilansir dari KPPPA, persentase anak perempuan mengalami gejala depresi adalah sebanyak 14 persen, sementara anak laki-laki sekitar 10 persen.
Gejala emosi yang sering dialami seperti, merasa sedih (42 persen), menyalahkan diri sendiri (42 persen), mudah marah (38 persen), tidak bisa berkonsentrasi dengan baik (31 persen), tertekan (26 persen), sering menangis (20 persen), dan yang lainnya.
Selain itu, kekerasan pada anak kerap terjadi selama pandemi. Bentuk kekerasan yaitu dimarahi (56 persen), dibandingkan dengan yang lain (35 persen), di bentak (23 persen), dicubit (23 persen), dipukul (9 persen), dihina, diancam, diinjak, dan lainnya.
Kak Seto juga memohon agar orangtua dapat menjadi sahabat dan idola anak, dengan menciptakan suasana belajar dalam keluarga yang lebih ramah anak. "Belajar tidak harus dengan kekerasan. Karena itu, sinergi orangtua dan guru memegang peranan penting," ucap Kak Seto.
Selain belajar, Kak Seto juga mengingatkan pentingnya bermain bersama anak. Sebab setiap anak pada umumnya senang bergerak, bermain, berteman, berpetualang, dan lainnya. Ada banyak menfaat bermain, yakni untuk merangsang perkembangan motorik, sosial, emosional, moral, hingga kreativitas.
Untuk itu, Kak Seto berharap bahwa kurikulum pendidikan dapat lebih berpihak pada hak anak, yaitu kurikulum kehidupan.
Seperti Surat Edaran No 4 Tahun 2020 tentan Pelaksanaan Kebijakan Pendidikan dalam Masa Darurat Penyebaran Covid-19. Dalam Surat Edaran tersebut disebutkan bahwa belajar daring dilaksanakan untuk memberikan pengalaman belajar yang bermakna bagi siswa, tanpa terbebani tuntutan kurikulum untuk kenaikan kelas atau kelulusan.
"Belajar dari rumah difokuskan pada pendidikan kecakapan hidup mengenai pandemi Covid-19," ujar Kak Seto.
Mengenai sekolah tatap muka, Kak Seto menyebutkan, ada 5 kesiapan yang harus terpenuhi untuk melakukan pembelajaran di sekolah, yakni siap wilayah, siap anak, siap keluarga, siap sekolah, dan siap infrastruktur. (*)
Terbaru
- 30/08/2023 15:11:33
Jika Mengalami Impaksi, Sebaiknya Segera Lakukan Pencabutan - 30/08/2023 14:48:28
Tumbuh Tidak Sempurna Sebabkan Rasa Nyeri Luar Biasa - 29/08/2023 12:47:53
Ini Dia 3 Penyakit Utama Pernapasan yang Disebabkan Polusi Udara - 28/08/2023 11:11:38
Polusi Udara Berisiko Sebabkan Kematian, Masih Amankah Berolahraga di Luar Ruangan? - 25/08/2023 13:11:11
Batuk Flu atau Akibat Polusi Udara, Apa Bedanya?
Login Anggota
Tweets by @DokterkecilCom