19/08/2019 17:15:03
Info Kesehatan

Jangan Sampai Terlambat, Kenali Gejala Dehidrasi pada Anak

 Belum lama ini, berita tentang balita di Jember mengalami dehidrasi setelah memeluk jenazah ayahnya selama tiga hari. Sebelumnya, anak tersebut kesulitan buang air besar (BAB).

Merujuk pemberitaan tersebut, anak-anak memang rentan terkena dehidrasi. Di usia mereka yang penuh energi, anak-anak cenderung berkeringat lebih banyak dan lupa untuk minum. Di sisi lain, kekebalan tubuh mereka masih lemah dan rentan terserang infeksi. Jika dehidrasi disebabkan karena kehilangan cairan tubuh, maka BAB pun berkurang.

 Faktor lain penyebab dehidrasi pada bayi dan anak adalah demam. Ketika demam, terjadi penguapan air berlebih dari kulitnya karena suhu panas. Akibatnya, ia akan banyak berkeringat karena tubuh berusaha menurunkan suhu tubuhnya. Semakin tinggi demam yang dialami anak, maka kemungkinan ia mengalami dehidrasi lebih tinggi.

Penyebab lainnya adalah diare dan muntah. Dua kondisi ini sering terjadi ketika saluran cerna bermasalah, seperti saat sedang terkena gastroenteritis.

Saat diare menyerang, anak terutama bayi tidak bisa menyerap cairan dari ususnya dengan baik, sementara cairan banyak yang terbuang karena terus-menerus buang air besar. Bayi dan anak-anak lebih rentan terkena diare dibanding orang dewasa, hal ini karena saluran cerna mereka belum berkembang sempurna.

Dehidrasi pada bayi akibat diare bisa berakibat kematian. Karena itu, Dehidrasi pada diare sering menjadi tolak ukur penanganan diare. WHO membagi derajat dehidrasi berdasarkan banyaknya cairan yang hilang menjadi dehidrasi ringan, sedang, dan berat, sedangkan berdasarkan tonisitas plasma dapat dibagi menjadi dehidrasi hipotonik, isotonik, dan hipertonik. Untuk derajat yang berdasarkan tonisitas plasma biasanya dilakukan oleh dokter dengan pemeriksaan lebih lanjut.

Muntah juga membuat cairan tubuh anak terkuras. Baik diare maupun muntah,  biasanya membuat tubuh anak menjadi demam, sehingga cairan yang keluar pun juga lebih banyak.

Sebagai orang tua, Anda cukup memperhatikan banyaknya cairan yang hilang akibat diare. Orang tua harus paham tanda-tanda dehidrasi, sehingga nantinya jeli melihat kondisi si kecil saat diare. Penanganan dehidrasi yang tepat mampu meningkatkan angka kesembuhan dan mempersingkat lama penyembuhan.

Berikut tanda-tanda buah hati Anda mengalami dehidrasi:

 Kondisi umum

Derajat dehidrasi dapat dilihat secara sekilas dari kondisi umum anak. Biasanya pada dehidrasi ringan, anak masih sadar dan sangat rewel. Anak masih mau untuk minum karena sangat haus. Bila dehidrasi berlanjut ke derajat sedang, anak masih bisa terlihat rewel, gelisah, namun sudah malas untuk minum.

Kadang-kadang anak juga terlihat mengantuk, namun tidak sering. Tapi, waspadalah, jika saat diare anak terlihat lebih banyak mengantuk, tertidur, lemas, berkeringat, dan kaki-tangannya dingin sampai terlihat kebiruan, itu artinya keadaan tersebut sudah masuk derajat berat. Anak mengalami penurunan kesadaran dan akan berakhir dengan koma.

 Perhatikan ubun-ubun besar

Ubun-ubun besar pada bayi dan anak berusia < 2 tahun belum menutup sempurna. Oleh sebab itu, derajat dehidrasi bisa terlihat cukup jelas dari bentuk ubun-ubun besar. Pada dehidrasi ringan, bentuk ubun-ubun besar (UUB) anak masih tampak normal. Sedangkan pada dehidrasi sedang, UUB tampak mulai cekung dan semakin mencekung saat dehidrasi berat.

 Perhatikan pola pernapasan dan hitung nadi anak

Pola pernapasan dan denyut nadi juga menjadi indikator untuk mengenali derajat dehirasi. Pada dehidrasi ringan, pola napas dan denyut nadi masih normal yaitu di bawah 120 kali per menit. Namun jika sudah masuk ke dehidrasi sedang, napas mulai dalam dan denyut nadi pun cepat dan lemah. Denyut nadi biasanya berkisar 120-140 kali per menit. Pada dehidrasi berat, pola napas abnormal yaitu nafas cepat dan dalam. Nadi biasanya sulit diraba, jika pun teraba biasanya < 120 kali per menit.

 Perhatikan air mata dan selaput lendir

Air mata merupakan salah satu indikator jumlah cairan tubuh. Jika anak menangis dan masih mengeluarkan air mata, dehidrasinya masih ringan. Bisa air mata sudah tidak ada, masuk ke dehidrasi sedang. Bila mata sangat kering, anak sudah berada di derajat berat.

Selaput lendir bisa dilihat dari mulut. Pada dehidrasi ringan, mulut masih lembap, sedangkan pada dehidrasi sedang, mulut terlihat kering dan semakin sangat kering pada dehidrasi berat.

 Perhatikan produksi air seni

Pada dehidrasi ringan, air seni berwarna kuning, namun anak masih sering buang air kecil. Pada dehidrasi sedang, anak sudah jarang buang air kecil dan warna air seni semakin pekat. Anak tidak lagi dapat buang air kecil pada dehidrasi berat.

 Apa yang harus dilakukan saat melihat gejala dehidrasi pada anak?

Kita perlu aktif mencegah agar anak tidak jatuh pada kondisi dehidrasi. Segera bawa anak ke pelayanan kesehatan bila sudah ada tanda-tanda dehidrasi. Cara mencegah dehidrasi sebelum anak dibawa ke sarana kesehatan, cukup mudah. Berikan larutan gula-garam (oralit) yang dapat dibuat sendiri di rumah dengan takaran khusus. Bila tidak tersedia, anak dapat diberikan cairan rumah tangga misalnya air tajin, kuah sayur, sari buah, air teh, dan air matang. (*)

* Dari berbagai sumber

Redaksi: [email protected]
Informasi Pemasangan Iklan: [email protected]
Info Kesehatan: Jangan Sampai Terlambat, Kenali Gejala Dehidrasi pada Anak