23/12/2019 16:42:43
Tren Isu

Teror Kobra Mulai Meresahkan, Masyarakat Diimbau Lebih Waspada

Foto: Foto: Internet

Teror ular kobra ternyata semakin meresahkan. Keberadaan ribuan anak-anak kobra ini memasuki tempat-tempat permukiman warga di berbagai daerah sejak awal musim hujan. Teror kobra juga mulai mengancam warga di perkotaan seperti Jakarta dan daerah penyangga Ibu Kota lainnya.


Di Depok, teror ular kobra bahkan sudah memakan korban. Seperti dikutip dari Tempo,  total korban akibat gigitan ular kobra di Kota Depok sudah mencapai tujuh orang. Lima diantaranya dilarikan ke RSUD Kota Depok.

Wakil Wali Kota Depok Pradi Supriatna, turut menyisir keberadaan sarang ular kobra yang belakangan meresahkan warganya di Kelurahan Kukusan, Kecamatan Beji. Bersama pengurus lingkungan setempat, ia membongkar tempat-tempat yang diduga tempat ular berbisa itu berkembang biak.

’’Kami melibatkan LPM (lembaga pemberdayaan masyarakat), RT, RW, tokoh pemuda,’’ kata Pradi, Jumat (20/12).

Pradi juga mengingatkan warganya agar turut mengintensifkan kegiatan membersihkan lingkungan di sekitar rumah. Menurutnya, ular bergeser ke lingkungan permukiman setelah habitat mereka yakni persawahan, tergusur pembangunan kota.

Meski teror ular kian meluas ke sejumlah kawasan permukiman Jakarta dan sekitarnya, namun rupanya kurang disikapi dengan kewaspadaan warga.  Sebagian besar warga belum tahu cara mengantisipasi saat ular atau hewan berbahaya lainnya muncul.

Seperti dilansir dari Kompas, Kejoy (32), salah seorang warga Kembangan, Jakarta Barat, mengaku panik ketika Selasa (17/12) lalu menemukan 18 ekor ular di tempat kerjanya yang berada di Jalan Langgar RT 004 RW 003, Kelurahan Joglo, Kembangan, Jakarta Barat.

’’Mulanya keluar tiga ular kecil. Namun, setelah ditelusuri, ternyata ada hampir 18 ular yang bersarang di dalam lubang saluran air,” ujar Kejoy.

Tim Rescue Dinas Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan Jakarta Barat menangkap 18 anak ular di Kelurahan Joglo, Kecamatan Kembangan, Jakarta Barat. Petugas menemukan ular itu di bekas kolam ikan milik warga pada Minggu (15/12).

Kepanikan serupa dialami Amran (42), warga Tanjung Priok, Jakarta Utara. Saat itu, Jumat (13/12), warga geger ketika ular kobra memasuki perkampungan. Tidak ada warga yang berani menangkap ular tersebut.

”Tidak ada warga yang tahu cara menangani ular. Sampai kemudian warga meminta bantuan petugas damkar. Ini bukan pertama kali ular masuk ke wilayah manusia. Sebelumnya ada ular kobra juga, tidak besar, tapi buat warga takut,” tutur Amran.

Warga di Kelurahan Rawajati, Pancoran, Jakarta Selatan, mengalami hal yang sama. Ketua RT 004 RW 007 Rawajati Ihin Solihin menyatakan, warga di kawasannya kerap panik saat muncul ular serta hewan berbahaya lain saat musim hujan.

Permukiman tersebut berlokasi di pinggir sungai sehingga kerap ditemukan ular dan biawak. Saat hujan pada Februari 2019, warga heboh karena menemukan sarang ular di selokan rumah.

’’Sebagian wilayah dekat sungai mungkin begitu. Kalau ketemu ular atau biawak, warga ada yang nekat menangkap. Tahun 2006, ada yang meninggal karena digigit ular saat banjir,’’ ujar Ihin.

Di Kelurahan Meruya Utara, Jakarta Barat, satwa tersebut juga memasuki rumah warga. Sutopo AR (70), warga Meruya Utara, mengatakan, rumahnya pernah dimasuki biawak sepanjang sekitar 1 meter.

’’Hal itu mungkin wajar karena lokasi rumah saya dulunya rawa-rawa, bersebelahan dengan taman rumput dan sungai pula. Untungnya, yang saya tahu, warga sini tidak pernah ada yang jadi korban hewan berbahaya,” ucap Sutopo.

Ketua Yayasan Sioux Ular Indonesia Aji Rachmat berpendapat, warga Indonesia secara umum belum memiliki pemahaman yang mumpuni akan keberadaan ular di sekitar kawasan permukiman. Satu konsep yang sering gagal dipahami warga mengenai hewan berbahaya adalah hewan tidak akan mengincar manusia sebagai mangsa.

’’Umumnya, mereka hanya melakukan mekanisme pertahanan karena merasa terancam bahaya,’’ ujarnya.

Aji menduga, maraknya kemunculan ular di sejumlah wilayah merupakan tanda pergeseran ekosistem dan habitat hewan. Bisa jadi, fenomena ini merupakan dampak pembangunan yang lebih berpihak pada manusia.

”Mungkin sudah menjadi konsekuensi saat kawasan permukiman kita dihinggapi sebagian jenis hewan berbahaya. Ular yang punya daya adaptasi tinggi mungkin kini menyesuaikan dengan habitat permukiman. Kawasan permukiman itu mungkin rawa-rawa yang menjadi habitat natural bagi ular,” tutur Aji.

Menurutnya, langkah antisipasi yang dapat dilakukan ialah menjaga kawasan permukiman agar tetap bersih. Sebab, ular dan hewan berbahaya lainnya bukan mengincar manusia, melainkan karena ada mangsa yang bersembunyi di permukiman.

”Jangan biarkan ada kawasan yang kotor dan lembab di rumah karena dikhawatirkan menjadi tempat satwa berkembang biak. Lantai dan ruangan juga sebaiknya diberi wangi-wangian yang menyengat. Hal tersebut tidak disukai satwa seperti ular,” lanjut Aji.

Penanganan ketika digigit ular

Pakar gigitan ular dan toksikologi Tri Maharani mengatakan, warga juga belum paham terhadap penanganan medis pertama bagi korban gigitan ular. Penyebaran bisa ular terjadi melalui kelenjar getah bening yang ada pada otot-otot di sekitar bekas gigitan ular.

’’Ada salah pemahaman warga yang justru mengisap atau mengeluarkan darah di sekitar luka korban. Hal ini tidak dianjurkan. Karena menyebar melalui kelenjar getah bening pada otot, justru sebaiknya bagian tubuh yang terkena gigitan itu tidak banyak bergerak,” kata Tri, yang juga Penasihat WHO untuk Kasus Gigitan Ular.

Salah satu pasien gigitan ular di Kabupaten Pandeglang, Banten, Desember 2018. Pasien diberi pertolongan pertama dengan pengikatan menggunakan kain pada bagian yang terkena gigitan ular berbisa. Ini merupakan cara yang salah.

Tri menganjurkan teknik imobilisasi, yakni mengikat bagian tubuh yang terkena gigitan dengan bidai, kayu, atau benda kaku lainnya agar pergerakan otot di sekitar luka gigitan berkurang.

”Imobilisasi semestinya dapat menahan penyebaran bisa ular, hingga korban dirujuk ke rumah sakit terdekat,” ucap Tri. (*)

Redaksi: [email protected]
Informasi Pemasangan Iklan: [email protected]
Tren Isu: Teror Kobra Mulai Meresahkan, Masyarakat Diimbau Lebih Waspada