22/01/2021 14:12:11
Info Kesehatan

Terinfeksi Covid-19 Setelah Vaksinasi Akibat Injeksi Vaksin di Bahu, Benarkah?

Foto: Ilustrasi/Internet

Sejatinya, vaksinasi Covid-19 bertujuan untuk meningkatkan imunitas tubuh dari risiko infeksi virus tersebut. Akan tetapi, menurut ahli biologi molekuler Indonesia, vaksinasi melalui injeksi di bahu tidak bisa menghilangkan risiko terinfeksi Covid-19. Jadi, sebaiknya bagaimana?

Baru-baru ini masyarakat Indonesia dikejutkan dengan kabar Bupati Sleman Sri Purnomo yang terkonfirmasi positif Covid-19 setelah pekan lalu menerima vaksin Sinovac. Saat ini, Sri Purnomo tengah menjalani isolasi mandiri di rumah dinas. 

Kabar tersebut lantas memunculkan rumor bahwa bahan vaksin berupa virus yang dilemahkan justru dapat menginfeksi orang yang mendapatkan vaksinasi tersebut. Menanggapi kabar tersebut, Ahli biologi molekuler Indonesia Ahmad Utomo, menjelaskan bahwa salah satu alasan orang yang sudah divaksin masih bisa terinfeksi Covid-19 karena injeksi vaksin diberikan di bahu.

"Injeksi di bahu itu menimbulkan antibodi IgG bukan IgA," kata Ahmad Utomo seperti dikutip dari Kompas.com, Jumat (22/1/2021).

"Kalau untuk mencegah infeksi, maka (yang dibutuhkan) bukan suntikan di bahu. Tapi, inhaler untuk memicu IgA di rongga napas atas," ujarnya menambahkan.

Perlu diketahui, antibodi IgG adalah tipe antibodi yang paling umum muncul setelah injeksi bahu dan biasanya bersirkulasi di dalam pembuluh darah. Sementara antibodi IgA adalah tipe antibodi yang disekresi dan biasanya muncul di selaput lendir seperti rongga napas atas mulut dan hidung tenggorokan.  

"Wajar jika uji klinis tidak menggunakan infeksi SARS-CoV-2 sebagai primary outcome, tetapi menggunakan gejala sebagai primary outcome-nya.  Maka, masuk akal jika Bupati Sleman terinfeksi karena memang tidak ada proteksi di rongga napas atas," tuturnya.

Dengan kata lain, vaksin Covid-19 yang disuntikkan ke bahu tidak bisa memproteksi tubuh secara keseluruhan karena tidak ada yang memproteksi saluran atas. Hal ini membuka peluang virus untuk masuk tubuh melalui hidung.

Informasi krusial ini disebut Ahmad dilewatkan pemerintah dalam edukasinya kepada masyarakat.  Oleh karena itu, Ahmad mengingatkan bahwa mereka yang sudah divaksinasi berpotensi sebagai penular dan kondisi ini rawan.

Itu artinya, ketika seseorang menjadi penular virus apalagi dalam situasi masih menunggu jatah vaksinasi, periode ini bisa menciptakan jutaan orang tanpa gejala (OTG) dalam waktu singkat.

"Maka, tugas pemerintah itu mengedukasi rakyat terkait biologi pandemi dan juga biologi dari mekanisme vaksin saat ini," tegas Ahmad.

Ahmad menuturkan, logika biologi ini adalah landasan mengapa kita harus tetap menerapkan protokol kesehatan 5M (memakai masker, mencuci tangan, menjaga jarak 1-2 meter, menjauhi kerumunan, dan mengurangi mobilitas), baik sebelum maupun sesudah vaksinasi.

"Vaksin memberikan proteksi ekstra, bukan pengganti 5M," katanya menegaskan.

Hingga saat ini, tidak ada satu pun bukti ilmiah yang menunjukkan bahwa vaksin dapat memutus penularan.

"Ingat lapisan keju, vaksin adalah lapis terakhir. Artinya, untuk menurunkan kasus baru ya pemerintah harus percepat testing dan tracing, 2T pertama dari 3T," ujar Ahmad. (*) 

Redaksi: [email protected]
Informasi Pemasangan Iklan: [email protected]
Info Kesehatan: Terinfeksi Covid-19 Setelah Vaksinasi Akibat Injeksi Vaksin di Bahu, Benarkah?