27/09/2018 11:35:41
Info Kesehatan

Waspadai Serangan Jantung di Usia Muda

Foto: google.com

Siapa bilang serangan jantung hanya menimpa pada orang tua? Meski kerusakan pembuluh darah memerlukan waktu lama untuk menimbulkan gejala penyakit jantung, namun bukan berarti tidak bisa terjadi pada usia muda. Faktor risiko obesitas dan gaya hidup tidak sehat, masih menjadi penyebab utamanya. 

 

Ada beberapa tanda perkembangan penyakit kardiovaskuler yang patut diwaspadai di usia muda, seperti tekanan darah tinggi atau kadar kolesterol. Penanda utama yang patut diwaspadai itu yakni tekanan darah tinggi (hipertensi), yang merupakan suatu gangguan yang meningkatkan risiko penyakit kardiovaskuler. 

Seorang anak dikatakan mengalami hipertensi jika konsisten memiliki tekanan darah mendekati batas atas atau lebih tinggi dari batas normal tersebut setelah tiga kali pengukuran dalam waktu yang berbeda. 

Hipertensi primer sering ditemukan pada usia remaja dan memiliki faktor risiko yang sama pada umumnya; obesitas, pola konsumsi dan gaya hidup tidak sehat. Namun pada usia anak-anak atau lebih muda, terdapat kemungkinan penyebab hipertensi sekunder seperti gangguan endokrin, penyakit ginjal, kelainan jantung bawaan, tekanan intracranial, efek samping obat, dan racun.

 

Hipertensi pada usia muda sering kali tidak menimbulkan gejala akut, akan tetapi dapat menyebabkan sakit kepala, mimisan, serta penurunan kemampuan akademis dan olahraga. Jika tidak diatasi, baik hipertensi primer maupun sekunder dapat menyebabkan terjadinya kerusakan pembuluh darah lebih cepat dan hal ini dapat berdampak terhadap sistem saraf pusat (stroke), gangguan fungsi jantung, dan gagal ginjal saat dewasa.

 

Penanda ke-dua yakni Hiperkolesterolemia atau tingginya kadar kolesterol dalam darah yang merupakan awal dari perkembangan penyakit jantung koroner dan hal ini, tanpa disadari, sudah dimulai sejak masa anak-anak. 

 

Peningkatan kadar kolesterol sudah dapat terlihat saat anak akan memasuki usia remaja (9-11 tahun) dan biasanya kembali meningkat pada usia remaja akhir (17-21 tahun). Hiperkolesterolemia pada anak lebih mungkin terjadi jika terdapat riwayat penyakit jantung orangtua, mengalami kegemukan, tekanan darah di atas normal seusianya, memiliki diabetes, merokok dan terpapar asap rokok. 

 

Penanganan kolesterol pada anak sangat diperlukan untuk mencegah penyakit jantung sejak dini. Oleh karena itu, jika anak sudah memiliki faktor risiko, disarankan untuk memeriksakan kadar kolesterol darah pada usia anak-anak (di bawah 10 tahun) serta awal dan akhir usia remaja. 

 

Kadar kolesterol total (TC) yang aman pada anak sekitar kurang dari 170mg/dL. Jika kadar TC sekitar 170-199mg/dL diperlukan pemeriksaan berulang, sedangkan jika kadar TC >200mg/dL diperlukan pemeriksaan lanjut dan konsumsi obat.

 

Meskipun demikian, utamakan perbaikan pola makan dan pola aktivitas jika anak Anda berisiko mengalami hiperkolesterolemia. Hal ini dilakukan dengan pengurangan asupan lemak, karbohidrat dan gula dari asupan harian. Sebagai gantinya, tingkatkan asupan protein, serat, vitamin dan mineral terutama dari sayur dan buah.  

 

Penanda ke-tiga yang patut diwaspadai adalah Arterosklerosis yang dapat terjadi jika kadar kolesterol darah tidak terkendali hingga menimbulkan plak pada pembuluh darah. Perkembangan arterosklerosis cenderung lama namun dapat dimulai pada masa anak-anak. 

 

 

Faktor risiko arterosklerosis pada anak pada umumnya sama dengan faktor risiko hiperkolesterolemia pada  anak. Namun setiap faktor risiko seperti obesitas, hipertensi dan gaya hidup tidak sehat akan mempercepat kerusakan pembuluh darah. Arterosklerosis saat usia anak-anak adalah pemicu utama penyakit jantung dan stroke pada individu dewasa yang berusia 20-30 tahun.

 

 

 

Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar Kementerian Kesehatan pada 2013, di Indonesia, penyakit jantung koroner mencapai angka 12,1% dari populasi. Bahkan, penyakit ini semakin banyak diderita oleh kelompok usia muda, yakni 39% berusia kurang dari 44 tahun. Sebanyak 22% dari penderita jantung usia muda itu ada di kisaran 15–35 tahun. 

 

Berikut beberapa gejala yang muncul akibat serangan jantung: 

 

Nyeri dada

 

Bagian ini biasanya terasa seperti ditekan atau diremas pada dada sebelah kiri. Tidak nyaman di bagian tubuh atas. Merasakan sakit pada salah satu atau kedua lengan, punggung, bahu, leher, rahang, atau bagian atas perut (di atas pusar). Rasa tidak nyaman tersebut berlangsung lebih dari beberapa menit atau hilang dan kembali lagi. Kadang disertai dengan rasa gelisah dan detak jantung cepat. 

 

Sesak napas

 

Biasanya jika ini terjadi maka tubuh akan mengeluarkan keringat dingin, kepala terasa pusing, dan tubuh terasa lemas. Gejala lain. Pada beberapa orang muncul gejala lainnya seperti batuk, mual, muntah sering terjadi pada wanita. 

 

Penyakit jantung coroner

 

Penyebab tersering serangan jantung adalah penyakit jantung koroner. Pada kondisi ini, penumpukan plak terbentuk di arteri. Kemudian pada suatu saat plak ini akan robek dan terlepas. Bila robekan atau bongkahan plak yang terlepas ini cukup besar dan terbawa aliran darah ke arteri koroner, plak ini bisa mengakibatkan sumbatan. Arteri koroner membawa oksigen untuk otot-otot jantung. 

 

Bila aliran arteri ini tersumbat, oksigen tidak dapat mencapai otot jantung, dan otot jantung pun dapat mati bila dibiarkan lama tanpa oksigen. Spasme arteri koroner. Ini adalah salah satu penyebab lain serangan jantung. Otot arteri koroner dapat mengalami penyempitan karena spasme. Bila spasme yang terjadi parah, aliran darah pun tersumbat sehingga otot jantung akan kekurangan oksigen. (*)

 

 

*Dikutip dari berbagai sumber

Redaksi: [email protected]
Informasi Pemasangan Iklan: [email protected]
Info Kesehatan: Waspadai Serangan Jantung di Usia Muda