25/02/2019 10:23:23
Info Kesehatan

Mengenali Gangguan Makan pada Anak

Tak sedikit orang tua mengeluhkan kondisi anak mereka yang sulit makan saat datang ke pelayanan kesehatan. Kesulitan makan adalah gangguan makan atau penolakan makanan sehingga tidak mampu memenuhi kebutuhan nutrisi.

Keluhan orang tua yang sering disampaikan yaitu penerimaan makanan yang kurang, makanan tidak ditelan, tidak ada nafsu makan, ada keterlambatan keterampilan makan, menolak makan, kebiasaan makan yang aneh, tidak mau makan nasi, dan cepat bosan dengan makanan yang diberikan.

Faktor yang menyebabkan kesulitan makan ada tiga. Pertama, faktor gizi. Pada bayi biasanya karena faktor mekanis misalnya kelainan bawaan, kurangnya pengetahuan dalam pemberian ASI yang benar, pemberian makanan pendamping ASI, dan jadwal serta cara pemberian makan yang tidak tepat, sedangkan pada balita adalah kurangnya nafsu makan karena meningkatnya interaksi dengan lingkungan yang menyebabkan meningkatnya risiko infeksi akut maupun kronis.

Lalu yang ke-dua, faktor penyakit atau kelainan organ, yaitu  alat pencernaan makanan, sistem syaraf, sistem hormonal dan enzim pencernaan. Dan ke-tiga adalah faktor gangguan atau kelainan psikologis, meliputi internal (perkembangan anak, emosi), dan eksternal (lingkungan,  pengasuh dan teman).

Kesulitan makan pada anak berdampak pada kesehatan dan tumbuh kembang mereka. Gejala yang timbul bergantung dengan jenis dan jumlah zat gizi yang kurang.

Cara mengatasi kesulitan makan pada anak mencakup tiga aspek. Pertama, melakukan identifikasi faktor penyebab, dengan anamnesis yang teliti, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang.

Aspek yang ke-dua adalah mengevaluasi faktor dan dampak nutrisi. Hal ini bisa dilakukan dengan wawancara riwayat makan, jumlah, jenis, makanan yang suka dan tidak disukai, cara dan waktu pemberian, serta suasana dan perilaku makan.

Lalu aspek ke-tiga adalah melakukan upaya berbaikan yaitu perbaikan jenis dan jumlah makanan, jadwal, dan cara pemberian makan yang tidak lebih dari 30 menit, tidak memberikan camilan pada saat makan,  menu dan  rasa yang variatif, penggunaan suplemen, makanan cair pada konsisi khusus, menghindari obat penambah nafsu makan, dan menciptakan lingkungan yang nyaman.

Yang perlu dilakukan orang tua adalah menghindari pemberian porsi makanan terlalu banyak, tidak memberikan makanan manis sebelum makan, memberikan makan baru minum, tidak memaksa anak untuk makan sendiri, membujuk untuk mengkonsumsi, tidak menghukum fisik, tidak cemas sewaktu memberi makan, tidak harus di meja makan, dan tidak memaksa makanan yang tidak disukai.

Dengan mengatasi kesulitan makan pada anak diharapkan kebutuhan nutrisi anak lebih terpenuhi sehingga menghambat penurunan berat badan yang berlebihan dan menjaga status gizi yang optimal.

ARFID vs Picky

Sebuah penelitian yang dilakukan US National Library of Medicine, National Institute of Health, mengatakan bahwa sekitar 25 persen anak yang sedang dalam masa pertumbuhan biasanya mengalami masalah gangguan makan.  Ketika itu terjadi, sekitar 35 persen dari anak-anak tersebut mengalami gangguan perkembangan saraf.

Salah satu masalah yang paling umum adalah ketidakmampuan tubuh anak menoleransi makanan tertentu. Seorang anak dengan gangguan makan ini bisa mengalami perkembangan yang buruk, kekurangan gizi, dan gangguan psikologis.

Mengingat risiko yang mungkin timbul akibat gangguan makan, sebaiknya gangguan makan pada anak dikenali sejak dini. Salah satu gangguan makan yang mungkin muncul pada anak adalah Avoidant/Restrictive Food Intake Disorder (ARFID).

ARFID berbeda dengan anak yang pemilih (picky) terhadap makanan. Kebiasaan anak yang picky pada makanan biasanya akan berkurang atau hilang seiring pertumbuhannya. Misalnya saat balita, anak sama sekali tak mau makan bayam, namun saat memasuki usia pubertas, ia mulai bisa memakan bayam dan tak lagi membencinya.

Sementara itu, ARFID memiliki pengaruh yang lebih kuat terhadap pola makan anak. Anak yang memiliki ARFID akan menunjukkan preferensi yang kuat terhadap kelompok makanan tertentu, bahkan sejak usia 1 tahun. Misalnya, ia hanya ingin mengonsumsi makanan manis, dan menolak makanan yang tidak memiliki rasa manis. Atau sebaliknya, ia tak ingin mengasup makanan dengan tekstur lembek, dan hanya ingin mengonsumsi makanan yang renyah.

Keduanya memiliki ciri yang hampir sama. Ketika anak menolak mengonsumsi sebagian makanan, anak menjadi kesulitan menelan, mengunyah atau mengisap, muntah, hingga mengamuk saat makan. Ini tentu menjadi kendala yang mempersulit identifikasinya.

Membedakan apakah anak Anda memiliki ARFID atau hanya picky terhadap makanan memang tidak mudah. Agar bisa mengenali gangguan makan pada anak, orang tua sebaiknya mengunjungi dokter untuk melakukan evaluasi dan identifikasi dini gangguan makan.  

 

 

*Dari berbagai sumber

 

Redaksi: [email protected]
Informasi Pemasangan Iklan: [email protected]
Info Kesehatan: Mengenali Gangguan Makan pada Anak