28/02/2019 12:27:10
Info Kesehatan

Tetap Waspadai DBD, Kasusnya Kian Meluas!

Hingga pertengahan Februari 2019, kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) secara nasional, semakin meluas. Berdasarkan data Kementerian Kesehatan, hingga 14 Februari 2019 jumlah penderita DBD di Indonesia mencapai 20.321 orang. Korban meninggal dunia telah mencapai 196 orang dengan jumlah terbanyak berasal dari Jawa Timur, yakni 52 orang, dan ke-dua di NTT sebanyak 19 orang.

Jumlah penderita dan korban meninggal memang terus mengalami kenaikan, tetapi trennya dinilai oleh Kementerian Kesehatan mengalami penurunan dibandingkan Januari 2019 lalu. Sementara, perkembangan jumlah penderita penyakit akibat gigitan nyamuk aedes aegypti per 31 Januari 2019 lalu berjumlah 15.132 orang, dan 145 korban meninggal dunia.

Kemudian pada 6 Februari 2019 penderita demam berdarah bertambah menjadi 17.515 orang dan 171 orang meninggal dunia. Lalu pertengahan Februari ini menjadi 20.321 orang dengan penderita terbanyak di Jawa Timur sebanyak 3.074 orang, lalu Jawa Barat 2.461 orang, NTT 1957 orang, Lampung 1.483 orang, dan kelima Jawa Tengah 1.333 orang.

Daerah yang saat ini menetapkan kasus demam berdarah sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB) tersisa adalah Kabupaten Manggarai Barat, Kabupaten Ponorogo, kota Manado dan Kabupaten Paser di Kalimantan Timur. Kabupaten Lampung Utara, Kabupaten Pulang Pisau, dan Kabupaten Kapuas sudah menarik status KLB tersebut

Menurut Direktur Jenderal Pecegahan dan Pengendalian Penyakit, Kementerian Kesehatan RI Anung Sugihantono, DBD memiliki diagnosa. Ada yang hanya di tahapan klinis dengan tanda panas pada penderita, kemudian ada tanda-tanda perdarahan. Ada juga Dengue Shock Syndrome (DSS), yakni kondisi dari demam berdarah yang sudah masuk kepada tahapan syok.

Untuk mengatasi hal ini, Kemenkes RI melalui Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit telah mengirimkan surat edaran kepada seluruh kepala dinas kesehatan provinsi untuk tetap siaga menghadapi kasus DBD. Melalui surat edaran tersebut, setiap daerah diimbau untuk meningkatkan sosialisasi dan edukasi dalam pemberantasan sarang nyamuk (PSN).

Penyakit ini sangat diwaspadai bukan hanya karena bisa merenggut nyawa, tapi biaya yang diperlukan untuk pengobatannya pun terbilang mahal. Untuk itu, setiap orang dianjurkan memiliki asuransi kesehatan agar mendapatkan perlindungan kesehatan.

Virus Bersifat Sporadis

Kepala Unit Dengue Lembaga Biologi Molekuler Eijkman, Tedjo Sasmono, mengatakan bahwa mutasi genom bisa meningkatkan virulensi, misalnya yang terjadi di Amerika Latin. Akan tetapi, sejauh ini dari ratusan genom virus dengue Indonesia yang diteliti belum ditemukan adanya mutasi yang langsung berhubungan dengan keparahan penyakit.

Menurutnya, semua serotipe virus dengue (DENV-1, DENV-2, DENV-3, DENV-4) bersirkulasi di Indonesia. Serotipe virus dengue yang dominan di tiap daerah berbeda-beda. Siklus serotipe umum terjadi di Indonesia. Di Jakarta, tahun 2004 DENV-3 dominai, pada 20019 DENV-1 yang mendominasi, lalu pada 2018 giliran DENV-2 dominan. Di Palembang, pada 1998 DENV-3 dominan, sementara pada 2015 di Jambi, kota tetangga Palembang, DENV-1 yang dominan.

''Pola pergantian belum diketahui karena pemantauan virus bersifat sporadis, tidak rutin setiap tahun,'' ujar Tedjo seperti dilansir dari Kompas.

Keparahan penyakit dengue merupakan kombinasi dari faktor virus dan faktor manusia sebagai respons dari imun. DENV-2 dan DENV-3 lebih sering menyebabkan keparahan penyakit dibandingkan dengan DENV-1 dan DENV-4. Virus yang mampu memperbanyak diri secara cepat cenderung meningkatkan keparahan penyakit. Adapun respons imun bersifat spesifik, bergantung dari tiap individu.

Kematian akibat penyakit dengue bisa dicegah jika kita mengenal gejalanya dan segera mencari pertolongan. Demam dengue selalu ditandai dengan kenaikan suhu tubuh tetapi tidak selalu ada bintik-bintik merah.

Ketua Divisi Infeksi dan Pediatri Tropik, Departemen Ilmu Kesehatan Anak RSUPN Cipto Mangunkusumo, Mulya Rahma, menjelaskan, bintin-bintik merah ada penurunan trombosit atau kerentanan pembuluh darah. Akan tetapi, tidak selalu disebabkan infeksi dengue, bisa juga akibat idiopathic thrombocytopenic purpura, yakni gangguan otoimun berupa rendahnya jumlah trombosit. Untuk memastikannya, perlu pemeriksaan darah berupa antigen nonstruktrural 1 untuk deteksi infeksi virus dengue.

''Gejala yang harus diwaspadai adalah sakit perut, muntah, diare, jarang buang air kecil, kejang demam. Jika demam reda, tapi penderita terlihat lemas, bisa jadi ada kebocoran plasma dari pembuluh darah,'' ucapnya. (*)

 

 

*Dari berbagai sumber

 

Redaksi: [email protected]
Informasi Pemasangan Iklan: [email protected]
Info Kesehatan: Tetap Waspadai DBD, Kasusnya Kian Meluas!