12/03/2019 09:51:36
Info Kesehatan

Perempuan Lebih Rentan Tertular HIV

Secara umum, perempuan memang lebih rentan terinfeksi HIV. Ada beberapa faktor yang menyebabkannya, antara lain karena ada kesenjangan kekuasaan antara perempuan dan laki-laki.  Kesenjangan ini sering menyebabkan perempuan terlibat dalam perilaku seks yang tidak aman. 

 

Dalam beberapa kasus, seringkali terjadi laki-laki memaksa pasangannya untuk melakukan seks yang tidak aman. Di lain kasus, meski tidak ada paksaan, banyak juga perempuan yang enggan menyarankan perilaku seks aman pada pasangannya karena khawatir disakiti atau ditinggalkan.

Kemungkinan terbesar penularan HIV pada perempuan berasal dari hubungan heteroseksual.  Hubungan heteroseksual tidak berarti hubungan di dalam pernikahan, tetapi bisa juga hubungan pranikah. Akan tetapi, saat ini salah satu kontributor terbesar untuk penularan HIV/AIDS adalah pemakai narkoba suntik, sekitar 30 persen dari orang dengan HIV/AIDS (ODHA) tertular melalui pemakaian narkoba suntik. 

ODHA perempuan bisa jadi seorang pemakai narkoba suntik yang berbagi jarum dengan pasangan atau teman-temannya.  Bisa juga ia seorang perempuan yang tidak memakai narkoba suntik, tetapi melakukan hubungan seksual dengan pasangannya yang seorang pemakai narkoba suntik. 

Ada juga kemungkinan penularan HIV/AIDS melalui transfusi darah.  Dalam satu kasus, seorang remaja putri yang tidak pernah menjadi pemakai narkoba suntik, belum pernah berhubungan seksual, tetapi menunjukkan gejala-gejala HIV/AIDS.  Setelah diperiksa ternyata positif, dan saat ditelusuri perjalanan hidupnya, sekitar 10 tahun sebelumnya ia pernah mendapat tiga kantong darah karena operasi usus buntu.

Penularan yang paling mengenaskan adalah penularan perinatal dari ibu yang sudah terinfeksi.  Dalam banyak kasus, ibu baru mengetahui bahwa dirinya sudah terinfeksi HIV/AIDS setelah melahirkan seorang anak yang tidak bisa gemuk, diare terus menerus, batuk tidak berhenti, dan luka-luka sariawan di mulutnya.

Vagina wanita memiliki risiko tertular HIV lebih tinggi ketika melakukan hubungan seksual daripada laki-laki. Namun, gejala HIV pada pria dan wanita sangat bervariasi antar tiap penderita, sehingga tidak bisa disamaratakan.

Kebanyakan gejala HIV antara pria dan wanita mirip. Secara umum, terdapat tiga fase infeksi HIV. Pada fase pertama setelah empat minggu terinfeksi dengan HIV, gejala yang muncul biasanya adalah sering flu. Gejala lain yang mungkin muncul adalah demam, sakit tenggorokan, pembengkakan kelenjar, sakit kepala, sakit pada persendian, dan rasa sakit di otot-otot.

Selanjutnya ada fase ke-dua atau fase asimtomatik (tidak bergejala). Pada fase ini, setelah gejala awal hilang, HIV mungkin tidak menimbulkan gejala lain selama berbulan-bulan atau bertahun-tahun. Selama masa ini, virus bereplikasi di dalam tubuh dan mulai melemahkan sistem kekebalan tubuh. Anda tidak merasa sakit atau terlihat sakit, namun virus sini masih aktif.

Fase ke-tiga adalah fase di mana sistem kekebalan tubuh telah rusak parah sehingga infeksi dan penyakit serius semakin banyak menyerang tubuh. Seiring sistem kekebalan tubuh yang semakin menurun, berbagai komplikasi mulai terjadi.

Ada beberapa gejala HIV yang hanya muncul pada wanita, yakni:

1. Infeksi jamur di vagina

Vagina yang sehat sebenarnya mengandung bakteri dan jamur, namun ketika terjadi perubahan keseimbangan antara jumlah bakteri dan jamur, jamur bisa berkembang biak lebih banyak.

Infeksi jamur vagina biasanya disebabkan oleh jamur candida albicans. Gejala yang dirasakan yakni gatal, rasa seperti terbakar, nyeri saat buang air kecil ataupun melakukan seks. Kemunculan jamur pada vagina ini dapat disebabkan oleh beberapa hal, salah satunya adalah penurunan kekebalan tubuh yang sering terjadi pada orang dengan HIV positif.

2. Penyakit kelamin

Penyakit kelamin yang terjadi pada wanita penderita HIV dapat berupa chlamydia dan gonore. Selain itu juga trikomoniasis, yang disebabkan oleh Trichomonas vaginalis. Ketiganya dapat ditularkan melalui hubungan seksual.

Gonore sebenarnya bisa dialami baik pria maupun wanita. Terdapat perbedaan gejala pada gonore yang terjadi di wanita dan dengan gonore di pria. Gonore pada wanita hanya terlihat seperti gejala ringan saja, hampir mirip dengan infeksi bakteri dan jamur pada umumnya. Sedangkan pada pria, gonore biasanya menunjukkan gejala yang khas, seperti kencing nanah.

3. Infeksi human papilomavirus (HPV)

Infeksi human papilomavirus dapat menyebabkan kutil di kulit kelamin yang menimbulkan rasa sakit, tidak nyaman, dan gatal. Pertumbuhan ini sangat berbahaya bagi wanita karena beberapa jenis HPV dapat menyebabkan kanker pada leher rahim (serviks) dan vulva.

Sebenarnya kutil kelamin dapat terjadi juga pada pria, namun kejadian pada wanita lebih rentan terhadap komplikasi terjadinya kutil kelamin ini.

4. Penyakit radang panggul

Penyakit radang panggul atau Pelvic Inflammatory Disease (PID) adalah infeksi yang terjadi pada daerah rongga pelvis yang terdiri atas rahim, bagian tuba falopi, dan ovarium. Penyakit radang panggul pada wanita yang positif HIV biasanya sulit disembuhkan. Gejala yang timbul juga bisa berlangsung lebih lama dari biasanya atau kembali kumat lebih sering.

5. Perubahan siklus menstruasi

Wanita yang positif HIV bisa mengalami perubahan siklus menstruasi, bisa juga mengalami menstruasi yang lebih berat dari biasanya atau tidak mengalami menstruasi sama sekali. Penderita HIV juga memiliki gejala premenstruasi (PMS) yang lebih parah dari biasanya.

PMS adalah kondisi yang memengaruhi wanita menjelang haid datang. Biasanya yang sering dialami adalah kecemasan, depresi, jerawat, kelelahan, sakit kepala. Sebenarnya PMS adalah gejala yang banyak dialami oleh wanita yang menstruasi, bahkan 85 persen wanita usia subur mengalami PMS sebelum menstruasi. Namun, pada orang dengan HIV positif, gejala-gejala tersebut bisa terjadi lebih parah atau berat dari sebelumnya. (*)


 

*Dari berbagai sumber

Redaksi: [email protected]
Informasi Pemasangan Iklan: [email protected]
Info Kesehatan: Perempuan Lebih Rentan Tertular HIV