08/07/2019 16:59:32
Info Kesehatan

Wabah Hepatitis A di Pacitan, Bagaimana Bisa Terjadi?

Wabah hepatitis-A di Pacitan, Jawa Timur memang cukup menghebohkan. Betapa tidak, penyakit ini menyerang lebih dari 1.085 warga Pacitan. Lalu, bagaimana sebenarnya hal ini bisa terjadi?

Data terbaru dari Dinas Kesehatan Kabupaten Pacitan, penambahan angka penderita hepatitis-A di wilayah tersebut bukan karena kasus penularan baru melainkan penderita lama yang baru ketahuan setelah didata langsung dari rumah ke rumah.

’’Sebagian warga tidak tahu bahwa sakit yang dideritanya adalah hepatitis. Setelah tim melakukan pendataan baru diketahui hepatitis. Bahkan ada yang diketahui setelah periksa di Puskesmas,’’ ujar Kepala Dinas Kesehatan Pacitan Eko Budiono, seperti dikutip dari kompas.com.

Seiring terkendalinya penderita hepatitis-A di Pacitan ini, tidak ditemukan perluasan kasus ke kecamatan lain. Penderita hepatitis-A di Pacitan diketahui tersebar di tujuh kecamatan dan dirawat di 10 Puskesmas wilayah kabupaten. Eko juga menyebutkan, kondisi 18 warga penderita hepatitis-A yang dirawat di Puskesmas Ngadirojo dilaporkan membaik. Sementara itu, tak ada lagi pasien rawat inap di Puskesmas lain di Pacitan.

Hingga Juni 2019, tercatat hepatitis-A di Puskesmas Sudimoro sebanyak 563 kasus, Puskesmas Sukorejo 115 kasus, Puskesmas Ngadirojo 187 kasus, Puskesmas Tulakan 75 kasus, dan Puskesmas Wonokarto 54 kasus. Selanjutnya, Puskesmas Bubakan 36 kasus, Puskesmas Arjosari 34 kasus, Puskesmas Tegalombo 6 kasus, Puskesmas Kertowonojoyo 6 kasus dan Puskesmas Bandar 1 kasus.

Kasus hepatitis-A di kabupaten Pacitan ini bermula pada akhir Mei 2019. Hingga 17 Juni 2019, jumlah penderita hepatitis-A terus mengalami peningkatan secara drastis. Puncak tren kasus hepatitis-A tersebut terjadi pada 18 - 19 Juni 2019. Kemudian kasus penularan hepatitis-A di Pacitan mulai mengalami penurunan pada 23 Juni hingga akhir bulan tersebut.

Memasuki awal Juli 2019, sudah tidak ada lagi kasus baru penularan hepatitis-A. Meski kasus baru penderita hepatitis-A di Pacitan sudah tidak ada, akan tetapi pihak Dinas Kesehatan Kabupaten Pacitan terus melakukan upaya memutus mata rantai penularannya. Di antaranya adalah, melakukan pemantauan dan pemberian vitamin secara rutin kepada penderita di rumah masing-masing. Juga memberi wawasan pola hidup sehat, serta memberi klorin terhadap sumber air yang dikonsumsi warga sehingga pada masa inkubasi pada penderita tidak kembali menular ke warga lain.

’’Kami terus melakukan pemantauan dan sosialisasi, hingga virus pada penderita atau masa inkubasi sudah dilewati,’’ ujar Eko Budiono.

Sumber air yang tercemar

Wabah hepatitis-A di Pacitan menular di musim lebaran. Seusai Lebaran pun, karena masih Syawalan, banyak warga yang saling berkunjung. Bisa jadi, penyakit tersebar saat berpegangan tangan. Ya, hepatitis-A memang merupakan peradangan organ hati yang disebabkan oleh virus tipe A. Jenis virus ini cenderung lebih mudah menyebar melalui makanan, minuman, atau dengan bersentuhan langsung dengan orang yang sebelumnya sudah terinfeksi.

Dilansir dari BBC Indonesia, Kepala Pusat Krisis Kesehatan Kemenkes Achmad Yurianto menjelaskan bahwa penyebaran virus ini juga bisa disebabkan oleh sumber air yang tercemar virus hepatitis-A. Air yang sudah tercemar ini kemudian dipakai secara massal, sehingga wabah dengan mudah menyebar dalam waktu singkat.

Kekeringan, sanitasi masyarakat yang kurang terjaga, dan kurangnya sumber air bersih juga menjadi penyebab virus ini lebih mudah menyebar. Meski demikian, sebenarnya penyakit tersebut bukan termasuk ke dalam jenis penyakit yang berbahaya. Penyakit ini bisa sembuh dengan sendirinya mengingat sistem kekebalan tubuh pada manusia memiliki kemampuan menyembuhkan virus jenis ini.

Namun, jika kondisi tubuh penderita sudah tidak sehat dari awal, penyakit ini bisa berdampak serius. Inilah alasan mengapa pasien hepatitis-A tetap harus menjalani perawatan di rumah sakit.

Selain meringankan gejala yang dialami, rawat inap juga diperlukan agar penyakit tidak menyebar. Kerabat atau teman dekat pasien hepatitis-A juga dianjurkan untuk tidak mengunjungi pasien sampai kondisi si pasien membaik.

Biasanya, orang yang sudah terinfeksi penyakit ini akan mengalami perubahan warna kulit menjadi tampak kuning. Gejala ini timbul beberapa minggu setelah terinfeksi. Beberapa gejala lain yang dirasakan di antaranya:

·         Merasa lemas

·         Timbulnya demam

·         Sering mual dan muntah

·         Warna urin menjadi gelap, dan warna tinja menjadi pucat

·         Warna mata berubah

Pola hidup sehat dan bersih adalah cara utama untuk mencegah penyakit ini. Pola hidup sehat dan bersih yang dimaksud di antaranya:

·         Selalu cuci tangan sebelum makan

·         Bersihkan tangan setelah buang air keci, maupun setelah buang air besar

·         Perhatikan kebersihan makanan yang akan dikonsumsi

·         Mencuci bersih tempat makanan atau minuman sebelum digunakan

·         Hindari pasien yang terinfeksi bahkan sudah menunjukkan gejala hepatitis-A

·         Selalu jaga sanitasi tempat tinggal, terutama saluran air

·        Jangan meminum air rebusan yang terlalu panas. Sebelum dikonsumsi, tunggu satu sampai dua menit setelah air mendidih karena virus hepatitis A cenderung tahan panas

·         Hindari makanan mentah atau setengah matang

·         Lakukan vaksinasi hepatitis-A

 

 

*Dari berbagai sumber

Redaksi: [email protected]
Informasi Pemasangan Iklan: [email protected]
Info Kesehatan: Wabah Hepatitis A di Pacitan, Bagaimana Bisa Terjadi?