16/11/2022 14:53:23
Info Kesehatan

Selain XBB, Lonjakan Kasus Covid-19 Juga Dipicu Subvarian BQ.1

Foto: Ilustrasi/Internet

Juru Bicara Kementerian Kesehatan RI Mohammad Syahril mengatakan, subvarian Omicron XBB dan BQ.1 mulai mendominasi kasus Covid-19 harian di Indonesia. Baik XBB maupun BQ.1 menyumbang lebih dari 20 persen penambahan kasus baru.

Hal tersebut disampaikan Mohammad Syahril dalam konferensi pers di Jakarta, Rabu (16/11/2022). 

"Varian XBB dan BQ.1 mulai mendominasi, saat ini 25 persen kasus konfirmasi didominasi varian baru. Mungkin nanti akan (mendominasi kasus harian) semuanya, seperti halnya dulu BA.4 dan BA.5," ujarnya seperti dikutip dari detikcom.

Syahril meminta masyarakat segera divaksinasi Covid-19 booster. Terlebih, banyak pasien Covid-19 yang bergejala berat dan kritis dilaporkan pada kategori kelompok tersebut.

Ada 74 persen pasien Covid-19 yang meninggal usai terpapar, belum divaksinasi booster. Sementara lebih dari 80 persen yang dirawat di RS karena Covid-19 belum menerima booster.

"Vaksin ini adalah upaya kita memberikan antibodi agar seseorang itu memberikan kekuatan untuk kekebalan agar dengan masuk varian baru sekalipun, dia (gejalanya) akan lebih ringan dari orang yang tidak divaksin," tuturnya.

"Begitu juga dengan yang dibooster, akan lebih besar antibodinya dibandingkan yang tidak dibooster," ucapnya.

Lalu, apa itu subvarian BQ.1?

Melansir beritasatu, kasus subvarian Covid-19 BQ.1 dan BQ.1.1 mulai terkonfirmasi di Singapura pada Oktober 2022. Kementerian Kesehatan (MOH) setempat mengatakan akan memantau secara ketat informasi tentang strain baru, prevalensi varian yang beredar di masyarakat setempat dan memberikan pembaruan jika ada perkembangan yang signifikan.

Pertama kali terdeteksi di Nigeria pada bulan Juli, subvarian BQ.1 dan BQ.1.1 adalah sub-garis keturunan dari varian BA.5 Omicron. Subvarian ini sejak itu telah terdeteksi di lebih dari 50 negara.

Jumlah kasus BQ.1 dan BQ.1.1 baru-baru ini meningkat di beberapa bagian Eropa dan Amerika Utara, dengan Kementerian Kesehatan Singapura menyarankan bahwa subvarian mungkin "lebih menular" daripada sub-garis keturunan BA.5 sebelumnya.

Namun, MOH menambahkan bahwa saat ini tidak ada bukti bahwa mereka menyebabkan penyakit yang lebih parah.

Direktur eksekutif di Institut Bioinformatika A*STAR mengatakan bahwa BA.5.2 masih mendominasi secara global, tetapi mencatat bahwa BQ.1.1 sekarang terdiri dari 10 persen dari semua sampel yang diurutkan dalam beberapa minggu terakhir dan "telah meningkat sesuai".

Dr Anthony Fauci, direktur Institut Nasional Alergi dan Penyakit Menular, juga mempertimbangkan varian BQ.1 dan BQ.1.1, mengatakan kepada CBS News bahwa kedua jenis itu memiliki "kualitas atau karakteristik" yang dapat menghindari beberapa intervensi.

BQ.1 dan BQ.1.1 telah menyebar dengan cepat di Amerika Serikat dalam beberapa minggu terakhir, khususnya di New York.  Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) AS memperkirakan bahwa kedua varian tersebut merupakan lebih dari 16 persen dari total varian virus corona yang beredar di Amerika Serikat.

BQ.1 sebelumnya hanya membuat 5,8 persen dari varian yang beredar, sementara BQ.1.1 telah membuat 3,6 persen dari semua varian, kata CDC.

Fauci mengatakan bahwa varian BQ.1.1 sangat mahir dalam menghindari antibodi pelindung dari infeksi atau vaksinasi sebelumnya.

"Varian ini (BQ.1 dan BQ.1.1) sangat mungkin dapat menyebabkan gelombang penyakit yang sangat buruk pada musim dingin ini di AS karena sudah mulai terjadi di Eropa dan Inggris," kata Gregory Poland, seorang ahli virus dan peneliti vaksin. di Klinik Mayo.

Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Eropa memperingatkan bahwa kedua varian tersebut kemungkinan akan meningkatkan kasus dalam beberapa minggu hingga bulan mendatang di Eropa. Ia juga mengatakan bahwa mereka memperkirakan kedua varian tersebut bertanggung jawab atas lebih dari setengah infeksi di Eropa antara pertengahan November dan awal Desember. (*) 

*Dari berbagai sumber

Redaksi: [email protected]
Informasi Pemasangan Iklan: [email protected]
Info Kesehatan: Selain XBB, Lonjakan Kasus Covid-19 Juga Dipicu Subvarian BQ.1