09/11/2020 12:37:25
Info Kesehatan

Waspada! Hipertensi pun Bisa Dialami oleh Anak-anak

Foto: Ilustrasi/Internet

Selama ini, hipertensi atau penyakit tekanan darah tinggi selalu disebut sebagai silent killer. Ternyata, bukan hanya orang dewasa, anak-anak dan remaja juga berisiko mengalami hipertensi.

Dari data Indonesian Society of Hypertension (InaSH), pasien hipertensi pada anak-anak dan remaja cenderung mengalami peningkatan. Menurut pakar hipertensi dan pendiri InaSH, dr. Arieska Ann Soenarta, SpJP, FIHA, peningkatan angka hipertensi pada anak dan remaja dipengaruhi beberapa faktor, di antaranya, peningkatan berat badan (obesitas), gaya hidup kurang aktif, asupan makanan tinggi garam, kurang tidur, dan kebiasaan mengonsumsi minuman berkafein.

’’Saat orang tua sering memberikan makanan yang tinggi garam, maka toleransi anak terhadap rasa asin meningkat. Kebiasaan makan asin inipun meningkatkan risiko hipertensi,” ujar dokter Arieska seperti dilansir dari Parenting Indonesia.

Selain penyebab utama tersebut di atas, hipertensi pada anak juga dapat disebabkan kelainan organ yang didapat sejak lahir. Misal, hipertiroid, Conn’s syndrome (kelainan kelenjar adrenal), aorta coarctation (penyempitan pembuluh darah besar jantung), dan phaechromocytoma (tumor di pusat kelenjar adrenal).

’’Ibu yang saat memberi ASI eksklusif juga meminum obat-obatan hipertensi, juga dapat menyebabkan anak menderita hipertensi pada kemudian hari,” ujar dokter Arieska.

Lantas, bagaimana mendeteksi hipertensi pada anak? Melihat fakta anak-anak juga dapat menderita hipertensi, orang tua perlu melakukan beberapa hal untuk mendeteksinya sejak dini. Dokter Arieska menyarankan para orang tua untuk mengukur tekanan darah anak sejak berusia 3 tahun.

’’Apalagi jika orang tuanya memiliki riwayat tekanan darah tinggi,” katanya menambahkan.

Mengukur tekanan darah pada anak, sebaiknya menggunakan alat khusus, oscillometric. Alat ini mengukur tekanan darah dengan menggunakan sensor elektronik. Cara menggunakannya, dengan memasang sensor di pergelangan tangan atau lengan atas.

’’Menggunakan oscillometric sangat tepat bagi anak-anak yang aktif dan tidak bisa diam, hasilnya akan tetap akurat,” ucap dokter Arieska.

Selain mendeteksi tekanan darah dari alat, anak yang menderita hipertensi juga dapat mengalami gejala, sering lelah, pernah kejang, pernah mengalami penurunan kesadaran, sering sakit kepala, penglihatan kabur mendadak, mual-mual, mimisan, nyeri dada, hingga mengalami kelumpuhan otot. Sementara pada bayi baru lahir, tekanan darah tinggi dapat dikenali dari gejala sesak napas, berkeringat, gelisah, pucat, muntah, dan kejang.

Apa yang terjadi jika anak menderita hipertensi? Menurut Arieska, seorang anak yang menderita hipertensi sejak masih belia, memiliki 4 kali lebih besar risiko menderita hipertensi saat dewasa. Selain itu, ia juga dapat menderita gangguan kardiovaskular lebih dini. Oleh karena itu, sebaiknya orang tua harus jeli memerhatikan faktor-faktor risiko kesehatan anak sebelum terjadi hipertensi. (*)

Redaksi: [email protected]
Informasi Pemasangan Iklan: [email protected]
Info Kesehatan: Waspada! Hipertensi pun Bisa Dialami oleh Anak-anak