02/03/2023 15:16:54
Peringatan Hari Kesehatan Mental Remaja

Pahami Situasi, Hilangkan Stigma Negatif!

Foto: Ilustrasi/iStock

Hari kesehatan mental remaja sedunia selalu diperingati pada 2 Maret setiap tahunnya. Tujuannya untuk meningkatkan kesadaran tentang masalah kesehatan mental yang dihadapi kebanyakan remaja.

Hari kesehatan mental remaja sedunia adalah tentang melakukan upaya untuk mendidik semua orang, dan menghilangkan stigma terhadap sesuatu yang mungkin dapat merusak kesehatan mental. Seperti yang disebutkan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), kesehatan mental merupakan keadaan sejahtera dimana setiap individu itu menyadari kemampuannya, kemudian bisa mengatasi tekanan pada hidup normal.

Kebanyakan orang sering gagal memahami apa yang dialami remaja saat ini. Stigma yang terkait dengan penyakit mental dapat membuat sebagian besar remaja enggan meminta bantuan kepada siapapun.

Itulah mengapa hari peringatan internasional ini juga bertujuan untuk mendorong percakapan terbuka bagi remaja didunia. Selain itu, meningkatkan kesadaran untuk membantu remaja di seluruh dunia.

Menurut dr. Fitriana Murriya Ekawati, MPHC, Sp.KKLP, Ph.D dari Departemen Kedokteran Keluarga, Komunitas, dan Bioetika FK-KMK UGM, dari hasil survei terkait kesehatan mental yang pernah dilakukan terhadap mahasiswa baru, menunjukkan bahwa 10 persen mahasiswa mulai mengalami gangguan kecemasan. Hal ini menunjukkan bahwa gangguan kesehatan mental perlu mendapatkan lebih banyak perhatian.

Hal tersebut disampaikan dr. Fitriana dalam acara Bincang Sehat yang digelar Radio Indonesia Sehat (RAISA) bertema ’’Mental Health pada Mahasiswa: Sehat Mental, Sehat Optimal’’ beberapa waktu lalu. Narasumber lain dalam acara tersebut, yakni dr. Fiddina Mediola, Sp.KJ, spesialis Kedokteran Jiwa FK-KMK UGM, mengungkapkan gangguan kesehatan mental bisa dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti keluarga, teman, dan lingkungan sekitar.

’’Dalam proses pertumbuhan seseorang, gangguan mental dapat muncul karena dirinya belum cukup tangguh dalam menghadapi tekanan dari sekitar,’’ ujarnya menambahkan.

Terdapat stereotip yang berkembang di masyarakat bahwa anak muda zaman sekarang mentalnya lebih lembek karena tidak merasakan sistem pendidikan yang tegas seperti zaman dulu. Baik dr. Fitrianna dan dr. Mediola menjelaskan bahwa hal tersebut belum tentu benar.

’’Zaman dulu masyarakat belum aware karena teknologi informasi belum secanggih sekarang. Bahkan, menangis dan mengungkapkan rasa tertekan dianggap sebagai orang yang lemah,” jelas dr. Mediola.

Pencegahan paling tepat mengenai gangguan kesehatan mental adalah manajemen emosi yang baik. Manajemen emosi bukan berarti menahan setiap emosi yang kita rasakan, namun tahu kapan harus menahan dan tahu bagaimana cara meluapkan emosi yang baik.

Sebanyak 2,45 Juta Remaja Indonesia Alami Gangguan jiwa

Sebanyak 2,45 juta remaja Indonesia didiagnosis mengalami gangguan jiwa. Hal ini berdasarkan pada penelitian yang dilakukan The Indonesia National Adolescent Mental Health Survey (I-NAMHS) yang bekerjasama dengan Universitas Gadjah Mada.

Bukan hanya itu, penelitian ini juga menemukan 15,5 juta remaja mengalami gangguan kesehatan jiwa. Masalah kesehatan mental ini ditemukan setelah tim peneliti melakukan pengumpulan data sepanjang 2021 lalu. Mereka melakukan wawancara terhadap 5.664 remaja Indonesia usia 10-17 tahun.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam 12 bulan terakhir,  satu dari tiga remaja Indonesia mengalami gangguan kesehatan jiwa. Sedangkan satu dari dua puluh remaja Indonesia mengalami gangguan jiwa.

Angka tersebut setara dengan masing-masing 15,5 juta dan 2,45 juta remaja. Para remaja ini mengalami masalah mental sesuai dengan Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder Edisi Kelima (DSM-5). Hal ini merupakan pedoman penegakan diagnosis gangguan jiwa yang berlaku di Indonesia dan secara internasional.

"Gangguan jiwa yang paling banyak diderita remaja adalah gangguan kecemasan (kombinasi fobia sosial dan gangguan kecemasan umum) sebesar 3,7 persen, diikuti oleh gangguan depresi mayor sebanyak 1,0 persen, gangguan perilaku 0,9 persen, serta PTSD dan ADHD, keduanya 0,5 persen," dikutip dari laman resmi UGM. (*)

 

*Dari berbagai sumber

 

Redaksi: [email protected]
Informasi Pemasangan Iklan: [email protected]
Peringatan Hari Kesehatan Mental Remaja: Pahami Situasi, Hilangkan Stigma Negatif!