23/06/2021 11:29:29
Info Kesehatan

Gangguan Ingatan, Risiko Long Covid yang Perlu Diwaspadai

Foto: Ilustrasi/Internet

Selama ini, gejala umum Covid-19 seperti demam, batuk, sesak napas, dan kelelahan, sudah diketahui masyarakat luas. Akan tetapi, belum banyak yang tahu gejala gangguan ingatan atau yang disebut brain fog (kabut otak) pada pasien Covid-19 bahkan masih mengintai mereka yang sudah dinyatakan sembuh. Seperti apa?

Melansir Kompas.com, dalam sebuah studi berjudul ’’A clinical primer for the expected and potential post-COVID-19 syndromes” menunjukkan bahwa 7,5 hingga 31 persen orang mengalami perubahan kondisi mental sebagai gejala Covid-19. Gejala ini secara umum disebut sebagai brain fog.

Brain fog dapat berlangsung selama berbulan-bulan, bahkan ketika penderita sudah dinyatakan sembuh dari Covid-19. Brain fog bukanlah penyakit, melainkan istilah yang digunakan untuk menggambarkan perasaan menjadi lambat secara mental, kabur, atau kosong.

Beberapa gejala yang muncul ketika seseorang mengalami brain fog diantaranya adalah masalah ingatan (terganggu), kurangnya kejernihan mental, konsentrasi buruk, sakit kepala, dan kebingungan.

Dalam beberapa kasus, orang yang mengalami brain fog biasanya merasa lesu. Para peneliti masih menyelidiki potensi penyebab brain fog pada orang yang pernah menderita Covid-19.

Diperkirakan bahwa faktor fisiologis dan psikologis mungkin berperan. Virus corona baru yang menyebabkan Covid-19 diperkirakan biasanya menyebar melalui kontak dekat dengan seseorang yang terinfeksi.

Droplet dari orang tersebut dapat masuk ke tubuh melalui hidung, mulut, atau mata. Begitu masuk ke tubuh, virus corona memasuki sel melalui enzim yang disebut reseptor angiotensin-converting enzyme 2 (ACE2). Virus ini bersifat neuro-invasif, artinya dapat memasuki jaringan otak.

Dalam sebuah studi berjudul ’’Neurological Manifestations of COVID?19: A systematic review and current update” menemukan bahwa beberapa orang yang memiliki Covid-19 mengalami komplikasi seperti kesadaran yang berubah atau ensefalopati. Ensefalopati adalah istilah umum yang mengacu pada kerusakan atau penyakit otak.

Sebuah studi terbaru berjudul “Inflammatory Leptomeningeal Cytokines Mediate COVID-19 Neurologic Symptoms in Cancer Patients” menemukan peningkatan kadar sitokin inflamasi dalam cairan yang mengelilingi otak beberapa minggu setelah infeksi Covid-19. Sitokin adalah molekul yang diproduksi oleh sistem kekebalan yang mendorong peradangan.

Peradangan di otak menghambat kemampuan neuron untuk berkomunikasi. Kondisi ini mungkin salah satu faktor yang berkontribusi terhadap brain fog. Para peneliti juga telah mengidentifikasi perubahan mikrostruktur di hippocampus dan area otak lainnya setelah Covid-19.

Mereka percaya bahwa perubahan ini juga dapat menyebabkan gangguan kognitif. Selain itu, ada beberapa faktor lain yang menyebabkan gejala brain fog muncul, yakni kualitas tidur yang buruk, perasaan kesepian, depresi, peningkatan stress atau kecemasan, perubahan pola makan, aktivitas fisik berkurang, dan efek samping obat tertentu

Berdampak pada kondisi mental

Melansir medcom.id, sejumlah pasien Covid-19 yang sembuh mengaku mengalami brain fog. Hal ini yang membuat mereka tetap sakit, tidak sembuh sepenuhnya.

Setahun kemudian, keluhan kabut otak terus meningkat, sementara kemampuan masyarakat memahaminya masih minim.

’’Yang saya rasakan, ingatan saya tiba-tiba pendek. Tiba tiba ngeblank, tiba-tiba lupa, tiba-tiba enggak bisa fokus. Padahal saya sebelumnya bukan orang pelupa. Kalaupun lupa, itu wajar. Tapi setelah saya negatif (covid-19), saya merasa sering ngeblank,” ujar seorang penyintas Covid-19 dalam jejaring pertemanan di dunia maya.

Brain fog berdampak pada kondisi mental individu dengan bermacammacam ciri khasnya seperti bengong. Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Prof Ari Fahrial Syam SpPD-KGEH, menjelaskan gangguan saraf atau brain fog merupakan masalah kesehatan yang disebabkan dua hal.

Pertama, faktor fisiologi di otak penderita yang sudah terjadi lama atau sejak lahir. Ke-dua, brain fog muncul karena tekanan tertentu atau dampak dari suatu penyakit yang pernah diderita.

Kendati demikian, tambah Ari, penyakit seperti Covid-19 juga bisa menjadi penyebab brain fog pada penyintasnya yang berdampak pada psikologis mereka.

’’Dan itu bisa menjadi salah satu dampak long covid yang hingga kini masih terus diteliti. Prinsipnya, yang namanya long covid itu kita tidak tahu orang itu akan jadi long covid atau tidak gitu, kita tidak bisa memprediksi. Tapi itu memang bisa terjadi pada penyintas covid,” tuturnya. (*)

*Dari berbagai sumber

Redaksi: [email protected]
Informasi Pemasangan Iklan: [email protected]
Info Kesehatan: Gangguan Ingatan, Risiko Long Covid yang Perlu Diwaspadai