28/08/2023 11:11:38
Info Kesehatan

Polusi Udara Berisiko Sebabkan Kematian, Masih Amankah Berolahraga di Luar Ruangan?

Foto: Ilustrasi/Internet

Kualitas udara yang buruk sangat berisiko terhadap kesehatan bahkan menyebabkan kematian. Lalu, masih amankah berolahraga di luar ruangan saat polusi udara sedang tinggi? 

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan ada 7 juta kematian dini setiap tahunnya akibat polusi udara. WHO melalui Pedoman Kualitas Udara Global (AQG) memberikan bukti jelas berkaitan dengan dampak buruk polusi udara terhadap kesehatan manusia, bahkan dalam konsentrasi yang rendah.

Terdapat peningkatan nyata bukti yang menunjukkan bagaimana polusi udara mempengaruhi berbagai aspek kesehatan manusia, sehingga pada 2021 WHO telah menurunkan hampir semua tingkat AQG, memperingatkan bahwa melebihi tingkat pedoman kualitas udara yang baru dikaitkan dengan risiko yang signifikan pada kesehatan.

Menurut WHO, diperkirakan setidaknya ada 7 juta kematian dini setiap tahunnya karena paparan polusi udara.

"Polusi udara merupakan ancaman terhadap kesehatan di semua negara, namun hal ini merupakan dampak paling parah bagi masyarakat di negara-negara berpendapatan rendah dan menengah," kata Direktur Jenderal WHO, Dr Tedros Adhanom Ghebreyesus, seperti dilansir dari detikcom.

Pada anak-anak, kondisi tersebut mencakup penurunan pertumbuhan dan fungsi paru-paru, infeksi saluran pernapasan, dan asma yang semakin parah. Sedangkan pada orang dewasa, penyakit jantung iskemik dan stroke merupakan penyebab paling umum kematian dini yang disebabkan oleh polusi luar ruangan.

Bukti lain juga menunjukkan bahwa kondisi tersebut dapat memberikan efek lain seperti diabetes dan kondisi neurodegeneratif. Hal ini menempatkan beban penyakit yang disebabkan oleh polusi udara setara dengan risiko kesehatan global lainnya seperti pola makan yang tidak sehat dan merokok.

Selain perubahan iklim, polusi udara disebut sebagai salah satu ancaman lingkungan terbesar terhadap kesehatan manusia. WHO menilai bahwa peningkatan kualitas udara dapat meningkatkan upaya mitigasi perubahan iklim dan pengurangan emisi pada nantinya akan meningkatkan kualitas udara.

Perhatikan Tipping Point dan Break-even Point saat Berolahraga

Dokter spesialis paru dr Erlang Samoedro, SpP(K) mengatakan bahwa mengacu pada sebuah penelitian pada 2016, beberapa jenis olahraga masih dapat dilakukan ketika polusi tinggi. Misalnya seperti berjalan kaki atau bersepeda.

Namun, dr Erlang mengingatkan bahwa ada beberapa hal yang harus diperhatikan masyarakat apabila mau berolahraga di luar ruangan ketika polusi udara sedang tinggi.

Ia menjelaskan bahwa terdapat tipping point dan break-even point pada kadar polutan. Dokter Erlang menjelaskan kedua hal tersebut merupakan patokan atau titik yang digunakan ketika seseorang mau berolahraga di lokasi dengan kualitas udara buruk.

Dokter Erlang mencontohkan olahraga bersepeda hanya boleh dilakukan selama 30 menit dengan tipping point di PM2.5 95 mikrogram/m3 dan break-even point 160 mikrogram/m3.

"Jadi bisa polusi udara sampai 95, kita bisa melakukan olahraga bersepeda selama 30 menit. Dan break-even pointnya di 160 mikrogram/m3. Jadi bersepeda selama 30 menit, itu bisa 95-160 mikrogram/m3. Jadi break evennya di 30 menit di PM2.5, 160 mikrogram/m3," kata dr Erlang dalam sebuah konferensi pers.

"Kalau kita sekarang 152 pada pagi hari, itu kita masih bisa melakukan sepeda selama 30 menit. Karena kan tadi kita ambil patokannya 160, masih bisa bersepeda sampai 30 menit," ujarnya.

Dijelaskan juga, olahraga jalan kaki dapat dilakukan selama 30 menit dengan break event point pada PM2.5 diatas 200 mikrogram/m3.

"Kalau sudah diatas 200 mikrogram, kita masih bisa berjalan kaki selama 30 menit. Nah untuk kisaran WHO, tipping point dan break-even point itu di 7 jam dan 16 jam untuk berjalan kaki di PM2.5, 22 mikrogram/m3. Tapi ini jarang sekali ya, karena PM 2.5, 22 mikrogram/m3 ini mungkin di atas gunung aja kali ya yang jarang ada kendaraan," tutur dr Erlang.

Menurut dr Erlang, apabila masyarakat berolahraga lebih dari 30 menit pada kadar polutan di tipping point dan break-event point tersebut, maka risiko penurunan fungsi paru dan munculnya kelainan metabolisme akan lebih besar.

"Dan 30 menit olahraga di level polusi yang sangat tinggi akan meningkatkan ikatan COHb (hemoglobin). Seperti kita ketahui CO (karbon monoksida) itu berasal dari pembakaran, seharusnya diberikan oksigen, jadi diubah ikatannya jadi CO," ucapnya lagi.

Oleh karena itu, dr Erlang mengingatkan untuk memperhatikan waktu, lokasi, dan kadar polutan di wilayah tempat berolahraga. (*)

Redaksi: [email protected]
Informasi Pemasangan Iklan: [email protected]
Info Kesehatan: Polusi Udara Berisiko Sebabkan Kematian, Masih Amankah Berolahraga di Luar Ruangan?