09/04/2020 11:43:19
Info Kesehatan

Awas! 50 Persen Kasus Meningitis Terjadi pada Bayi

Foto: Internet/Ilustrasi

Berita kematian Glenn Fredly yang kabarnya disebabkan oleh penyakit meningitis yang dideritanya, cukup mengejutkan. Sebab, musisi Tanah Air itu mengembuskan napas terakhir di tengah pandemi Covid-19 sehingga banyak spekulasi yang beredar. 

Terlepas dari berbagai spekulasi tersebut, yang perlu diketahui adalah bahwa meningitis bisa menyerang siapapun baik orang dewasa maupun anak-anak. Akan tetapi, American Academy of Pediatrics menyatakan bahwa 50 persen kasus meningitis justru terjadi pada bayi berumur kurang dari dua bulan.

Ini artinya, anak-anak lebih rentan terkena penyakit meningitis. Seperti apa gejalanya, dan bagaimana cara mencegahnya?

Meningitis adalah peradangan pada meningens atau lapisan pelindung di sekitar otak. Berikut jenis virus dan bakteri penyebab meningitis:

a. Bakteri penyebab meningitis pada bayi

- Bayi baru lahir (Streptococcus b haemolyticus, escherichia coli, listeria monocytogenes, enterobacter).
- Bayi dan balita (Hemophilus influenza type B, streptococcus pneumoniae, neisseria meningitides, ecoli, listeria monocytogenes).
Bayi > 5 tahun (Streptococcus pneumoniae, neisseria meningitides, hemophilus influenza type B).

b. TBC (Meningitis tuberkulosis)
TBC (Meningitis tuberkulosis) merupakan proses inflamasi yang terjadi pada meningens dan disebabkan oleh infeksi bakteri Mycrobacterium tuberculosis. Umumnya, bakteri ini masuk ke dalam paru-paru secara tidak sengaja karena adanya proses inhalasi (dihirup), sehingga menyebar ke seluruh tubuh dan dapat mencapai lapisan meningens.

c. Virus penyebab meningitis pada bayi
- Virus Herpes simplex (HSV), jenis virus yang bisa menyebar dengan cepat melalui kontak fisik. Jika ibu yang menderita virus HSV di vagina melahirkan secara normal, maka kemungkinan dapat menularkan kepada bayinya.
- VirusVaricella zoster, jenis virus menular yang bisa menyebabkan cacar air. Penularan virus ini melalui pernapasan dan komunikasi langsung.
Campak dan gondong, cara penularan virus ini hampir sama dengan virus influenza.
- Non-Polio enteroviruses, jenis virus ini seringkali menyebar melalui air liur, tinja, atau lendir dari hidung.

Mikroorganisme tersebut mencapai selaput otak melalui empat rute, yaitu penyebaran langsung melalui darah, penjalaran melalui pleksus koroideus, pecahnya abses otak di daerah korteks otak dan penyebaran secara perkontinuitatum (kontak langsung).

Gejala
Umumnya, gejala awal meningitis memiliki kemiripan dengan gejala penyakit flu. Namun, tetap terdapat perbedaan gejala pada tiap tahapan usia, sebagai berikut:
a. Usia 0-3 bulan: Demam, malas minum, muntah, perubahan suhu tubuh dan kesadaran menurun, ubun-ubun bayi menonjol, kejang, dan henti nafas.
b. Usia 3 bulan-2 tahun: Demam, muntah, gelisah, kejang, tangis menjerit seperti kesakitkan, ubun-ubun bayi menonjol, dan tanda rangsang meningeal atau selaput otak sulit dievaluasi. 
c. Di atas 2 tahun: Demam, menggigil, muntah, nyeri kepala, kejang, gangguan tingkah laku, penurunan kesadaran, dan kaku kuduk (rasa kaku di belakang leher).

Cara mencegah

Bakteri Neisseria meningitidis adalah jenis yang paling sering mengakibatkan meningitis meningokokus. Sekitar 1 dari 10 orang dapat menjadi membawa bakteri N. meningitidis pada hidung dan tenggorokan mereka.

Orang-orang ini disebut pembawa dan bisa tidak menunjukkan gejala penyakit. Namun, pembawa bakteri tersebut dapat menginfeksi orang lain dengan cara ciuman melalui mulut, berbagi makanan atau peralatan makan, serta batuk bersin. Oleh karena itu, sebisa mungkin hindarkan bayi Anda untuk tidak tertular melalui cara-cara tersebut.

Diagnosis dan pengobatan yang cepat sangat penting dalam penanganan meningitis. Namun karena gejala meningitis seringkali mirip dnegan gejala penyakit lain, hal ini membuat penanganan medis sering tertunda.

Meningitis meningokokus dapat diobati dengan obat antibiotik. Meski demikian, beberapa orang yang sudah mendapat perawatan antibiotik dengan cepat masih memiliki konsekuensi serius yang berlangsung seumur hidup. Konsekuensi yang bisa dialami antara lain kehilangan pendengaran, kehilangan anggota tubuh, atau kehilangan kemampuan berpikir jenis. (*)

* Dari berbagai sumber

Redaksi: [email protected]
Informasi Pemasangan Iklan: [email protected]
Info Kesehatan: Awas! 50 Persen Kasus Meningitis Terjadi pada Bayi