14/04/2020 11:25:21
Info Kesehatan

Benarkah Vaksin BCG Ampuh Lawan Covid-19? Ini Kata WHO...

Foto: Internet

Belum lama ini, penelitian terbaru di Australia mengungkapkan, orang-orang di negara yang memiliki vaksinasi wajib Bacillus Calmette-Guerin (BCG) memiliki tingkat penularan dan kematian virus corona Covid-19 terendah. Saat ini, vaksin berusia 100 tahun tersehut tengah diuji para peneliti di negeri Kanguru tersebut. Benarkah vaksin tersebut dapat meningkatkan sistem kekebalan terhadap patogen lain termasuk Covid-19?

Vaksin BCG  umumnya dipakai untuk melawan tuberkulosis kini mendapat sorotan di tengah pandemi virus Corona COVID-19. Beberapa ahli menyebut bahwa vaksin ini dapat meningkatkan imunitas secara umum sehingga bisa bermanfaat cegah berbagai infeksi.

Sebagai contoh di Australia ribuan tenaga medis dilaporkan menjalani imunisasi dengan vaksin BCG. Tujuannya untuk melindungi mereka dari infeksi Corona COVID-19, sehingga dapat kembali bekerja lebih cepat.

Terkait hal tersebut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tidak merekomendasikan negara-negara langsung menerapkan penggunaan vaksin BCG. Alasannya karena masih perlu bukti lebih lanjut bahwa vaksin ini benar-benar bermanfaat.

"Karena absennya bukti, WHO tidak merekomendasikan vaksin BCG untuk cegah COVID-19. WHO tetap merekomendasikan vaksin BCG ini untuk bayi di negara yang tingkat kejadian tuberkulosisnya tinggi," tulis akun Twitter resmi WHO.

"Vaksin BCG bisa mencegah infeksi tuberkulosis parah pada anak-anak. Oleh sebab itu bila ada pengalihan suplai lokal kemungkinan bayi jadi tidak bisa imunisasi dan ini akan meningkatkan angka penyakit dan kematian karena tuberkulosis," lanjut WHO.

Saat ini sedang berjalan dua uji klinis terkait manfaat vaksin BCG terhadap infeksi virus Corona. WHO berjanji akan mengevaluasi rekomendasinya ketika dua uji klinis tersebut sudah membuahkan hasil.

Sebelumnya, laporan dari Australia beberapa hari lalu mengatakan para peneliti di negara itu akan mempelajari efek dari vaksin BCG terhadap Covid-19. Obat BCG diberikan kepada lebih dari 130 juta orang setiap tahun untuk mencegah TBC.

Vaksin BCG bukanlah vaksin untuk Covid-19 tetapi peneliti menduga obat dapat membantu para tenaga medis dalam memerangi penyakit ini. Tenaga medis mendapatkan suntikan dalam penelitian di Australia.

"Kami menemukan bahwa negara-negara tanpa kebijakan universal vaksinasi BCG (Italia, Belanda, Amerika Serikat) telah terkena dampak yang lebih parah dibandingkan dengan negara-negara dengan kebijakan BCG yang telah lama dilakukan," tulis laporan penelitian tersebut mengutip BGR.

Italia tidak pernah memiliki kebijakan vaksinasi BCG secara massal. Dari 135,5 ribu kasus, lebih dari 17 ribu orang meninggal di Italia akibat Covid-19.

Di sisi lain, Jepang memiliki program vaksin BCG. Hanya 93 orang meninggal dari lebih dari 4.250 kasus di Jepang. Angka kematian cukup rendah mengingat Jepang tidak menerapkan kebijakan physical distancing yang ketat.

"Ada laporan bahwa vaksinasi BCG dapat menghasilkan perlindungan luas terhadap infeksi pernapasan. Jadi kami melihat data negara-negara yang tidak pernah menerapkan vaksinasi BCG mengalami dampak buruk Covid-19 dengan jumlah kematian yang tinggi," kata Gonzalo Otazu, salah satu peneliti.

Para peneliti juga menemukan bahwa Iran yang memulai program vaksinasi BCG wajib pada tahun 1984, memiliki angka kematian yang tinggi (hampir 4 ribu kematian dari 64,5 ribu kasus). Tingkat kematian di Iran lebih besar dari Jepang.

Jepang mulai melakukan vaksinasi BCG pada 1947. Kesimpulan dari studi adalah tampaknya vaksinasi BCG awal memberikan lebih banyak perlindungan kepada orang tua yang saat ini terjangkit Covid-19.

"Negara-negara yang terlambat memulai kebijakan universal BCG (Iran 1984) memiliki angka kematian yang tinggi. Konsisten dengan gagasan bahwa BCG melindungi populasi lansia yang divaksinasi. Kami juga menemukan bahwa vaksinasi BCG juga mengurangi jumlah kasus COVID-19 yang dilaporkan di suatu negara," ujar para peneliti.

Perbedaan yang sama dapat dilihat di Eropa, Negara-negara di Eropa timur yang berada di bawah pengaruh Uni Soviet memiliki program vaksinasi BCG wajib. Akibatnya, wilayah tersebut memiliki jumlah kasus yang lebih rendah daripada negara-negara bagian barat.

Jerman adalah contoh terbaik untuk itu. Wilayah yang membentuk Jerman Timur hingga 1990 memiliki lebih sedikit kasus Covid-19 dibandingkan wilayah eks-Jerman Barat. Studi ini adalah temuan awal namun memang ada korelasi antara vaksin yang bahkan tidak menargetkan Covid-19.

Lebih dari 20 kandidat vaksin COVID-19 sedang dalam pengembangan saat ini.  Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan akan tersedia secara luas apabila ada vaksin yang sudah disetujui. (*)

Redaksi: [email protected]
Informasi Pemasangan Iklan: [email protected]
Info Kesehatan: Benarkah Vaksin BCG Ampuh Lawan Covid-19? Ini Kata WHO...