21/08/2020 16:17:33
Info Kesehatan

Vaksin Tidak Efektif karena Mutasi Covid-19 Lebih Parah, Benarkah?

Foto: Internet/Ilustrasi

Strain baru virus Covid-19 yang dinamakan D614G ditemukan di Malaysia. Strain baru ini sepuluh kali lebih menular ketimbang strain-strain lainnya sehingga ada asumsi bahwa vaksin yang tengah dikembangkan saat ini akan tidak efektif. Benarkah demikian?

Otoritas kesehatan Malaysia mengidentifikasi adanya strain baru Virus Corona yang dinamai D614G. Deputy General of Health Malaysia Noor Hisham Abdullah menulis dalam media sosial Facebook, Sabtu (15/8) bahwa strain baru Virus SARS-CoV-2 itu sepuluh kali lebih menular dibandingkan strain-strain lainnya.

Mutasi SARS-CoV-2 itu ditemukan di Malaysia ketika seorang pria yang kembali dari India melanggar aturan isolasi mandiri dan menularkan pada setidaknya 45 orang lain. Hasil penanganan 45 kasus infeksi baru itu menunjukkan bahwa setidaknya 3 dari sampel yang diteliti mengandung virus COVID-19 yang bermutasi lebih parah.

Dalam unggahannya di Facebook, Abdullah juga menyebut temuan tersebut kemungkinan juga berarti bahwa vaksin apa pun yang tengah dikembangkan saat ini bisa jadi tak akan efektif terhadap strain baru tersebut.

Strain virus D416G ini juga disebut mutasi "G". Strain ini merupakan variasi strain Virus Corona baru yang pertama kali ditemukan di Wuhan, China pada Desember 2019.

Mengutip South China Morning Post, Virus Corona baru telah bermutasi beberapa kali. Sebuah studi yang dilakukan University of Bologna Italia menemukan bahwa setidaknya ada enam strain dari Virus Corona asli yang menyebabkan pandemi COVID-19. Mutasi pertama Virus Corona itu adalah strain S yang muncul pertama kali pada awal tahun 2020. Kemudian, strain G muncul pada pertengahan Januari hingga sekarang.

Mutasi strain ini tak hanya ditemukan di Malaysia, melainkan juga terdeteksi di Filipina. Genome Center Filipina di Quezon City menemukan mutasi virus tersebut dalam jumlah kecil pada kasus positif baru.

’’Pada Juni, baik D614 dan G614 telah terdeteksi pada sampel kecil dari kasus positif," ujar Pusat Genom tersebut, seperti dikutip dari Vice.

"Meski informasi ini mengonfirmasi keberadaan G614 di Filipina, kami mencatat bahwa semua sampel yang diuji berasal dari Quezon City dan mungkin tidak mewakili gambaran mutasi keseluruhan negara."

Pada 12 Agustus, sebuah hasil penelitian yang diterbitkan oleh Institut Penyakit Menular Nasional Jepang juga menunjukkan bahwa sejak akhir Mei, Virus Corona versi mutasi yang sebelumnya tersebar luas di Eropa merambah Jepang.

Sebagian besar pasien yang baru-baru ini dikonfirmasi positif di Jepang diyakini telah terinfeksi virus akibat mutasi itu, demikian media lokal Jepang.

Satu tim peneliti genomik mengidentifikasi 73 jenis virus corona di Odisha, India, setelah melacak 1.536 sampel, termasuk 752 sampel klinis, seperti dilaporkan media India.

Konsekuensi dari mutasi virus SARS-CoV-2 itu belum jelas. Menurut artikel yang ditulis peneliti di Yale University, Nathan Grubaugh dan rekan-rekannya dan diterbitkan dalam jurnal Cell, dampak mutasi D614G pada penularan, penyakit, dan perkembangan vaksin sebagian besar belum diketahui.

Strain virus D416G ini juga disebut mutasi "G". Strain ini merupakan variasi strain Virus Corona baru yang pertama kali ditemukan di Wuhan, China pada Desember 2019. Penamaan D614G merujuk pada perubahan asam amino di posisi 614 dari asam aspartik (disingkat menjadi D) menjadi glycine (disingkat G).

Saat ini strain D416G menjadi jenis mutasi virus Corona baru yang paling dominan dalam pandemi COVID-19. Strain ini ditemukan hingga 70 persen pada sekitar 50 ribu genom virus yang diunggah dalam database mutasi SARS-CoV-2.

Umumnya D416G ditemukan di Amerika Serikat dan Eropa. Namun kini kehadirannya pun meningkat di Asia sejak Maret 2020.

Bagaimana D416G menyebar hingga Asia? Profesor Gavin Smith dari Duke-NUS Emerging Infectious Diseases Programme mengatakan, semua virus menggandakan diri (replikasi) saat menginfeksi inang/manusia.

’’Virus, seperti Virus Corona atau penyebab influenza, melakukan kesalahan dalam proses replikasi. Kesalahan inilah yang muncul sebagai mutasi,’’ jelas Smith.

Belum Ditemukan di Indonesia

Kepala Lembaga Biologi Molekuler Eijkman, Prof Amin Soebandrio, mengatakan, strain Virus Corona D614G yang terdeteksi di Malaysia dan disebut 10 kali lebih menular belum ditemukan di Indonesia.

’’Sampai saat ini belum ditemukan di virus-virus yang ada di Indonesia. D614G itu belum ada,’’ kata Prof Amin seperti dikutip dari Liputan6.com.

Namun, Prof Amin tak bisa menyebut mutasi Virus Corona D614G tidak ada di Indonesia, ’’Kita belum tahu, karena kan virusnya nggak cuma 15, seperti yang sudah kita laporkan, tapi ada yang lain-lainnya.’’

Akan tetapi dari 15 tipe Virus Corona hasil penelitian Whole Genome Sequencing (WGS), yang Amin dan rekan-rekannya di Eijkman pelajari, tidak ditemukan adanya mutasi Virus Corona D614G.

Lagi pula, lanjut Prof Amin, mutasi Virus Corona yang menyebabkan lebih cepat menular itu baru diamati di laboratorium. ’’Jadi, belum ditemukan pada kasus-kasus manusia,’’ katanya. (*)

Redaksi: [email protected]
Informasi Pemasangan Iklan: [email protected]
Info Kesehatan: Vaksin Tidak Efektif karena Mutasi Covid-19 Lebih Parah, Benarkah?