22/03/2021 10:53:13
Info Kesehatan

Waspada! Anak-anak Berisiko Menderita TB Berat

Foto: Ilustrasi/Internet

Tuberkulosis atau TB merupakan salah satu penyebab kesakitan dan kematian yang sering terjadi pada anak. Bahkan, anak lebih berisiko menderita TB berat seperti TB milier (diseminata) dan TB meningitis.

Seperti dilansir dari tbindonesia.or.id anak-anak sangat rentan terinfeksi TB terutama yang kontak erat dengan pasien TB terkonfirmasi bakteriologis. Infeksi TB anak saat ini menunjukkan sumber penyakit TB di masa depan.

Beban kasus TB anak di dunia tidak dapat diketahui karena kurangnya alat diagnostik yang ’’child-friendly’’ dan tidak adekuatnya sistem pencatatan dan pelaporan kasus TB anak, sehingga diperkirakan banyak anak menderita TB yang tidak mendapatkan penanganan yang benar.

Pada 2017 terdapat 10 juta kasus TB di dunia dan terdapat 1,6 juta jiwa meninggal karena TB. Diantara kasus tersebut terdapat 1 juta kasus TB anak (0-14 tahun) yang diperkirakan sekitar 7,5 juta anak terinfeksi TB setiap tahunnya. Selain itu, lebih dari 1 juta kasus baru TB anak terjadi setiap tahun.

Apabila anak terkonfirmasi bakteriologis atau BTA positif, maka ia termasuk sumber penularan bagi lingkungan sekitarnya. Anak yang berumur kurang dari 3 tahun dengan malnutrisi atau kondisi immunosupresan memiliki risiko paling tinggi untuk menderita TB, terutama yang menyerang paru.

TB juga dapat menyerang organ lain, yakni sebesar 20-30%. Bayi dan balita memiliki risiko paling tinggi untuk terkena TB berat seperti TB meningitis yang mampu menyebabkan buta, tuli serta kelumpuhan.

Peringkat ketiga tertinggi di dunia

Tahun lalu, Presiden Joko Widodo menyebutkan, Indonesia saat ini berada di peringkat ketiga dengan jumlah penderita tuberkulosis (TBC) tertinggi di dunia. Peringkat Indonesia tersebut hanya di bawah India dan China.

"Perlu saya kembali ingatkan Indonesia masuk ranking ketiga penderita TBC tertinggi di dunia setelah India dan China," ujar Jokowi saat memimpin rapat terbatas yang disiarkan di YouTube Sekretariat Presiden dilansir Kompas.com.

Jokowi menyebutkan, TBC merupakan salah satu dari 10 penyakit menular dengan angka kematian tertinggi di dunia. Bahkan, kata dia, setiap tahunnya jumlah pasien TBC yang meninggal lebih banyak dibandingkan HIV/AIDS.

Di Indonesia, 165.000 pasien meninggal akibat TBC pada 2017. Kemudian, jumlah pasien yang meninggal akibat TBC pada 2018 mencapai 98.000 pasien. "Perlu kita ketahui, 75 persen pasien TBC adalah kelompok produktif artinya di usia produktif 15-55 (tahun). Ini yang juga harus kita waspadai," ujar Jokowi.

Jokowi menargetkan Indonesia bebas TBC pada 2030. Untuk mencapai target itu, Jokowi meminta agar penanganan TBC dilakukan meniru model Covid-19 untuk melacak penderitanya.

"Kita sudah memiliki model untuk Covid-19 yaitu pelacakan secara agresif untuk menemukan di mana mereka harus dilakukan. Kita mungkin nebeng Covid-19 ini kita juga lacak yang TBC," ujar Jokowi. (*)

Redaksi: [email protected]
Informasi Pemasangan Iklan: [email protected]
Info Kesehatan: Waspada! Anak-anak Berisiko Menderita TB Berat