31/05/2021 13:38:28
Info Kesehatan

Anak Juga Bisa Alami Stres, Jika Diabaikan Bisa Fatal Akibatnya

Foto: Ilustrasi/Internet

Sejatinya, dunia anak-anak hanya dipenuhi keindahan dan kesenangan. Akan tetapi, karena beberapa penyebab, ada sejumlah anak yang tidak merasa happy dengan kehidupannya dan cenderung mengalami stres. Seperti apa?

Ya, stres tidak hanya dialami orang dewasa, melainkan juga anak-anak. Sama halnya dengan orang dewasa, stres pada anak jika diabaikan bisa berakibat fatal.

Menurut data Urban Child Institute stres pada anak bisa memicu gangguan perkembangan perilaku dan emosional. Tak hanya itu, anak-anak yang mengalami stres juga rentan mengalami berbagai konsekuensi kesehatan di kemudian hari, termasuk tekanan darah tinggi, penyakit kardiovaskular, obesitas, dan diabetes.

Lalu, apa saja yang jadi penyebabnya? Seperti dilansir dari Alodokter, stres pada anak bisa dipicu oleh berbagai sebab sebagai berikut:

- Aktivitas yang terlalu padat

Kadang orang tua tidak menyadari bahwa aktivitas anak di sekolah telah menyedot sebagian besar tenaganya. Niat ingin memberinya pengetahuan tambahan setelah jam sekolah, misalnya les atau kursus, justru berisiko membuatnya kelelahan.

Kesibukan setelah jam sekolah menjadikan mereka tidak memiliki waktu untuk bersantai atau bermain. Hal ini berisiko membuat anak menjadi stres.

Karena itu, berikanlah anak kesempatan untuk bersantai, misalnya dengan mengurangi beberapa jadwal kegiatan usai sekolah. Jika aktivitas tersebut tidak dapat dihentikan atau dikurangi, tanyakan bagaimana perasaannya tentang kegiatannya tersebut. Sesi curhat mungkin bisa meringankan stres anak.

- Paparan konten dewasa

Seiring kemajuan teknologi, berbagai informasi bisa didapat dengan mudah. Anak bisa saja terpapar konten atau informasi untuk orang dewasa, seperti berita yang menyeramkan, video kekerasan, atau pornografi.  

Hal ini berisiko membuat anak merasa tertekan. Orang tua dianjurkan untuk memilah konten yang sesuai bagi anak. Tak hanya itu, para orang tua juga harus mendampingi dan memberikan pemahaman kepadanya.

- Kurang tidur

Anak memerlukan istirahat yang cukup, terutama setelah seharian beraktivitas di sekolah. Pastikan anak mendapatkan cukup waktu istirahat dan jangan sampai mereka mengalami kurang tidur. Kurang tidur bisa berdampak kepada mood, perubahan perilaku, kemampuan menilai, serta daya ingatnya. Saat tiba waktu istirahat, jauhkan anak dari gadget atau televisi.

- Intimidasi

Intimidasi atau bullying yang menimpa anak, baik verbal maupun nonverbal, juga berisiko membuatnya merasa tertekan. Bahkan menyaksikan bullying saja juga bisa memberikan tekanan psikologis pada anak. Berikan dukungan pada anak agar dia bisa lebih percaya diri dalam menjalani hari-harinya di sekolah atau lingkungannya. Jangan lupa untuk berkomunikasi dengan guru guna memantau kondisi yang dialami anak.

- Penyakit kronis

Anak bisa merasa stres jika mengalami hal berat, seperti ketika orang tuanya menderita penyakit serius atau anak sendiri yang mengalaminya. Kondisi serius pada anak yang bisa membuatnya stres antara lain bila ia menderita  Human Immunodeficiency Virus/HIV, Down syndrome, obesitas, asma, serta Attention Deficit Hyperactivity Disorder/ADHD.

Bila mengalami penyakit kronis, anak bisa terasing dari pergaulannya atau kegiatan sekolahnya karena harus menjalani pengobatan. Bicaralah dari hati ke hati dengan anak, dan berikan dukungan mental padanya dalam melewati masa-masa yang sulit.

- Perceraian orang tua

Sistem keamanan yang mendasar bagi anak adalah keluarga. Ketika orang tua bercerai, anak menghadapi perubahan besar dalam hidupnya. Jelaskanlah secara baik dan mudah dipahami oleh anak mengenai alasan Anda bercerai. Jelaskan pula kepadanya bahwa bercerai bukan berarti berpisah sama sekali. Selain itu, Anda dianjurkan untuk tidak menempatkan anak pada posisi di mana ia harus memilih salah satu orang tuanya, karena pilihan tersebut berpotensi membuat anak bingung dan tertekan.

Gejala

Memang tidak mudah untuk mengenali tanda stres pada anak, perubahan perilaku jangka pendek - seperti perubahan suasana hati, perilaku, perubahan pola tidur, atau mengompol - dapat menjadi indikasi.

Beberapa anak mengalami efek fisik, seperti sakit perut dan sakit kepala. Anak-anak yang mengalami stres juga bisa mengalami kesulita berkonsentrasi atau menyelesaikan tugas sekolah. Bahkan, adapula yang menjadi menyendiri atau menghabiskan banyak waktu sendirian.

Pada balita, stres juga bisa ditandai dengan munculnya kebiasaan baru seperti mengisap jempol, memutar rambut, atau mengupil. Anak yang stres juga mungkin bereaksi berlebihan terhadap masalah kecil, mengalami mimpi buruk, menjadi melekat, atau mengalami perubahan drastis dalam prestasi akademik. (*)

Redaksi: [email protected]
Informasi Pemasangan Iklan: [email protected]
Info Kesehatan: Anak Juga Bisa Alami Stres, Jika Diabaikan Bisa Fatal Akibatnya