23/12/2021 11:36:22
Info Kesehatan

WHO: Vaksin Booster Berisiko Memperpanjang Pandemi

Foto: Ilustrasi/Minaret

Badan Kesehatan Dunia (WHO) menilai vaksin booster bukan kunci keluar dari pandemi Covid-19 dan malah kemungkinan memperpanjangnya. Karena itu, WHO meminta sejumlah negara untuk tidak terburu-buru memberikan vaksin booster pada warganya.

Pernyataan ini disampaikan Dirjen Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Tedros Adhanom Ghebreyesus seperti dilansir dari Channel News Asia. Lalu, apa alasan WHO melontarkan hal tersebut?

Menurut WHO, saat ini masih banyak negara yang kesulitan mendapat akses vaksin Covid-19. Ketidakadilan inilah yang menurut Tedros berisiko memperpanjang pandemi.

Sementara, sebanyak 120 negara telah mulai menggencarkan program vaksin booster atau dosis tambahan, tetapi tidak satupun dari mereka adalah negara berpenghasilan rendah.

"Booster vaksin tidak bisa menjadi tiket untuk mengakhiripandemi lebih cepat. Tidak ada negara yang dapat meningkatkan jalan keluar dari pandemi," kata Tedros.

Daripada memberikan vaksin booster, tambah Tedros, akan jauh lebih baik vaksinasi diutamakan kepada kelompok yang rentan.

Bukan hanya WHO, badan kesehatan PBB juga telah lama mengecam ketidakadilan yang mencolok dalam akses vaksin Covid-19, saat negara kaya ramai memborong stok vaksin.

"Membiarkan Covid-19 menyebar tanpa henti di beberapa tempat secara dramatis meningkatkan kemungkinan munculnya varian baru yang lebih berbahaya," ujar Tedros.

"Program booster kemungkinan malah akan memperpanjang pandemi alih-alih mengakhirinya dengan cepat. Dengan mengalihkan pasokan vaksin ke negara-negara yang sudah memiliki cakupan vaksinasi tingkat tinggi, memberi virus lebih banyak kesempatan untuk menyebar dan bermutasi," tutur Tedros.

Menurut angka PBB, sekitar 67 persen orang di negara-negara berpenghasilan tinggi telah memiliki setidaknya satu dosis vaksin, tetapi tidak dengan negara-negara berpenghasilan rendah yang bahkan tidak mencapai 10 persen.

"Terus terang sulit untuk memahami bagaimana akses vaksin Covid-19 setahun sejak vaksin pertama kali diberikan, tiga dari empat petugas kesehatan di Afrika saat ini saja belum divaksinasi," kata Tedros.

Berkaca pada penyebaran Omicron

Dampak ketidakadilan akses vaksin Covid-19 menurutnya terlihat pada wabah Omicron. Hingga kini, sudah ada lebih dari 100 negara yang terdampak varian baru Corona yang diduga 500 persen lebih menular.

Banyak ahli meyakini kemunculan varian Omicron di Afrika Selatan adalah bukti negara dengan tingkat vaksinasi rendah memicu risiko tinggi munculnya varian baru.

"Varian baru ini menyebar dengan kecepatan yang belum pernah terjadi sebelumnya dan telah terdeteksi di 106 negara," kata WHO.

Meski begitu, data awal menunjukkan bahwa vaksin booster bisa lebih baik memberikan perlindungan. Hal inilah yang kemudian memicu banyak negara bertahap melakukan vaksinasi booster.

Kelompok Ahli Penasihat Strategis WHO (SAGE) tentang Imunisasi juga bersikeras dosis tambahan harus ditargetkan ke kelompok populasi dengan risiko tertinggi penyakit serius dan mereka yang diperlukan untuk melindungi sistem kesehatan atau garda terdepan. (*) 

 

Redaksi: [email protected]
Informasi Pemasangan Iklan: [email protected]
Info Kesehatan: WHO: Vaksin Booster Berisiko Memperpanjang Pandemi