30/12/2021 10:13:34
Info Kesehatan

Ancaman Kembar Delta-Omicron Berisiko Besar Picu Tsunami Covid-19

Foto: Ilustrasi/Internet

Badan Kesehatan Dunia (WHO) mengingatkan masyarakat dunia untuk tetap mewaspadai sirkulasi simultan dari dua varian Covid-19 saat ini, yakni Delta dan Omicron. Kedua varian tersebut menjadi ancaman kembar yang dapat memicu terjadinya tsunami Covid-19.

Hal tersebut disampaikan Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus dalam konferensi pers, Rabu (29/12/2021). Menurutnya, ancaman varian Delta dan Omicron mampu meningkatkan kasus hingga mencapai angka kasus rekor, menyebabkan lonjakan rawat inap, dan kematian.

"Saya sangat prihatin bahwa varian Omicron, yang sangat menular dan menyebar pada saat yang sama seperti Delta, menyebabkan tsunami kasus," lanjutnya yang dikutip dari Channel News Asia.

Tedros juga menerangkan, mengakhiri ketidakadilan dibidang kesehatan menjadi kunci penting untuk bisa mengakhiri pandemi. Yakni, membuka akses vaksin yang merata ke seluruh negara sehingga tak lagi memberikan virus kesempatan untuk menyebar dan terus bermutasi.

WHO menargetkan 40 persen di setiap negara divaksinasi penuh pada akhir tahun ini, dan 70 persen pada pertengahan 2022. Akan tetapi, 92 dari 194 negara anggota WHO bakal meleset dari target 40 persen itu.

"Ini karena kombinasi pasokan terbatas ke negara-negara berpenghasilan rendah hampir di sepanjang tahun, dan kemudian vaksin berikutnya tiba hampir kedaluwarsa dan tanpa bagian-bagian yang penting seperti jarum suntik," kata Tedros yang dikutip dari The Washington Post, Kamis (30/12/2021).

Kendati demikian, Tedros mengaku tetap optimistis bahwa tahun ini dapat mengakhiri tahap akut pandemi dan memetakan jalan menuju keamanan kesehatan yang lebih kuat.

Kepala Kedaruratan WHO, Dr Mike Ryan, mengungkapkan, hal terpenting yang harus dilakukan untuk mengakhiri pandemi adalah menekan transmisi kedua varian tersebut seminimal mungkin. Ia juga mengatakan bahwa infeksi varian Omicron sebagian besar terjadi pada kalangan anak muda.

"Tetapi apa yang belum kita lihat adalah gelombang omicron yang sepenuhnya terbentuk pada populasi yang lebih luas. Dan saya sedikit gugup untuk membuat prediksi positif sampai kita melihat seberapa baik perlindungan vaksin akan bekerja pada populasi yang lebih tua dan lebih rentan," ujarnya.

"Maka dari itu, kami harus berhati-hati dalam mengubah taktik dan strategi yang ada berdasarkan dengan apa yang kami lihat tentang omicron," katanya menambahkan.

Mampu menggandakan diri dalam hitungan hari

Ilmuwan WHO masih terus mencari tahu mengenai varian Omicron untuk memberi informasi kepada dunia tentang sifat virus tersebut. Lembaga PBB ini menyebut risiko dari varian Omicron masih sangat tinggi, terlebih adanya kenaikan negara yang melaporkan kasus varian Omicron, baik imported cases atau transmisi lokal.

"Bukti yang konsisten menunjukkan bahwa varian Omicron memiliki keunggulan pertumbuhan dibandingkan varian Delta dengan waktu penggandaan dua hingga tiga hari dan peningkatan pesat dalam kejadian kasus terlihat di sejumlah negara," tulis WHO dikutip dari CNA, Rabu (29/12/2021).

WHO menambahkan Omicron di Inggris dan Amerika Serikat juga telah menjadi yang dominan. Tingkat pertumbuhan yang cepat kemungkinan merupakan kombinasi dari penghindaran kekebalan dan peningkatan transmisibilitas varian Omicron secara intrinsik.

Data baru Afrika Selatan (Afsel) memang menunjukkan adanya penurunan kasus sebesar 29 persen sejak lonjakan per 24 November lalu. Hal sama juga terjadi di Denmark, di mana ada pengurangan risiko rawat snap untuk Omicron dibanding Delta.

Namun, WHO masih memerlukan data tambahan untuk memahami keparahan Omicron, termasuk perlu tidaknya penggunaan oksigen, ventilasi mekanis, dan soal kematian.

Hal ini bukan tanpa alasan. Omicron mendorong lonjakan kasus besar-besaran di Eropa.

Ledakan kasus juga terjadi di Inggris, Portugal, Prancis dan Yunani. Inggris mencatat rekor terbaru dengan hampir 130.000 kasus sehari sementara Portugal, 18.000 kasus.

"Diharapkan juga kortikosteroid dan penghambat reseptor interleukin 6 akan tetap efektif dalam pengelolaan pasien dengan penyakit parah. Namun, data awal menunjukkan bahwa antibodi monoklonal mungkin kurang mampu menetralkan varian Omicron," kata WHO. (*)

*Dari berbagai sumber

 

 

 

Redaksi: [email protected]
Informasi Pemasangan Iklan: [email protected]
Info Kesehatan: Ancaman Kembar Delta-Omicron Berisiko Besar Picu Tsunami Covid-19