01/03/2022 11:51:05
Info Kesehatan

Sulit Dideteksi Tes PCR, Omicron Siluman Alami Peningkatan Kasus

Foto: Ilustrasi/Internet

Subvarian Omicron BA.2 atau yang dijuluki Omicron Siluman (Stealth Omicron), dilaporkan mengalami peningakatan kasus di beberapa negara, termasuk Indonesia. Varian ini juga disebut-sebut sangat sulit dideteksi melalui tes PCR.

Spesialis Paru RS Persahabatan dan Pokja Infeksi Pengurus Pusat Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI), dr Erlina Burhan, SpP(K), mengatakan BA.2 sebetulnya sudah diidentifikasi di Indonesia sejak Januari 2022.

"Subvarian BA.2 ini kejadiannya meningkat di India dan Denmark. Belakangan juga di Indonesia mulai tinggi angka BA.2 ini," kata dr Erlina beberapa waktu lalu seperti dikutip dari CNBC Indonesia.

Lalu, apa saja dampak yang bisa terjadi akibat infeksi Omicron BA.2 ini?

Mantan Direktur WHO Asia Tenggara Profesor Tjandra Yoga Aditama mengatakan sejauh ini dampak dari BA.2 masih dipelajari. Ada studi yang melihat BA.2 bisa menyebabkan gejala lebih parah, tapi ada juga laporan dari beberapa negara yang menyebut gejalanya sama saja dengan Omicron biasa.

"Publikasi pra-cetak 16 Februari 2022 dari Jepang yang berjudul 'virological characteristics of SARS-CoV-2 BA.2 variant' menyebutkan nampaknya BA.2 dapat lebih berat. Uji coba pada binatang memang menunjukkan bahwa BA.2 dapat menimbulkan dampak klinik lebih berat, tetapi ini pada binatang percobaan, belum tentu terjadi terjadi pada manusia," kata Prof Tjandra seperti dikutip dari detikcom.

Lebih jauh subvarian BA.2 disebut juga bisa mengurangi efektivitas obat antibodi monoklonal dan lebih mudah menular.

"Angkanya rata-rata BA.2 dunia mencapai 21.09% dari semua Omicron, jadi satu dari lima Omicron di dunia sekarang ini adalah jenis BA.2," ungkap Prof Tjandra.

"Indonesia perlu waspada dan mengambil langkah antisipasi yang tepat, kalau-kalau BA.2 juga akan meningkat di negara kita," ujarnya.

Memiliki sifat genetik tertentu

Subvarian Omicron BA.2 disebut sebagai Omicron Siluman karena memiliki sifat genetik tertentu sehingga membuatnya sulit untuk diidentifikasi sebagai Omicron pada tes diagnostik, khususnya tes PCR.

Meski demikian, seorang ahli epidemiologi dan profesor kedokteran di salah satu Universitas di Buffalo, John Sellick menekankan bahwa BA.2 bukan berarti tidak dapat terdeteksi, hanya saja subvarian itu lebih sulit untuk diklasifikasikan sebagai Omicron.

Melansir Pikiran Rakyat, ketika varian Omicron asli terdeteksi pada tes PCR, maka dengan cepat varian BA.1 itu diidentifikasi karena penghapusan genetik dalam protein lonjakan virusnya. Kondisi ini memunculkan yang disebut dengan 'kegagalan target gen S'.

Kegagalan target gen S dalam beberapa tes PCR memungkinkan peneliti untuk secara akurat mengidentifikasi virus sebagai varian Omicron. Sementara itu, BA.2 tidak memiliki penghapusan genetik sehingga membuatnya sulit dideteksi dan diklasifikasikan sebagai Omicron pada tes tersebut. (*)

Redaksi: [email protected]
Informasi Pemasangan Iklan: [email protected]
Info Kesehatan: Sulit Dideteksi Tes PCR, Omicron Siluman Alami Peningkatan Kasus