02/03/2022 11:12:24
Info Kesehatan

Sebanyak 60 Persen Pasien Long Covid -19 Alami Kerusakan Saraf, Apakah Bisa Sembuh?

Foto: Ilustrasi/Internet

Sebuah studi terbaru dari Amerika Serikat menujukkan bahwa hampir 60 persen pasien Long Covid-19 mengalami kerusakan saraf, disebabkan oleh respons imun yang rusak. Lalu, apakah penderita Long Covid-19 masih bisa sembuh?

Melansir detikcom, penelitian ini melakukan pemeriksaan mendalam pada 17 pasien Long Covid-19. Pasien Long Covid umumnya mengeluhkan gejala berkepanjangan dengan waktu yang variatif mulai dari dua hingga enam bulan setelah dinyatakan negatif atau sembuh dari Covid-19.

"Saya pikir apa yang terjadi di sini adalah saraf yang mengontrol hal-hal seperti pernapasan, pembuluh darah, dan pencernaan kita dalam beberapa kasus di pasien long Covid," kata Dr Anne Louise Oaklander, ahli saraf di Rumah Sakit Umum Massachusetts dan seorang ahli saraf di Rumah Sakit Umum Massachusetts.

Sebanyak 30 persen orang terpapar, diyakini berisiko mengalami long Covid-19. Gejalanya kerap dimulai dengan sering merasa lelah, detak jantung terasa cepat, sesak napas, gangguan kognitif, nyeri kronis, kelainan sensorik, bahkan hingga kelemahan otot.

Hal inilah yang diyakini berkaitan dengan efek kerusakan saraf akibat gangguan respons imun usai terpapar Covid-19. Oaklander dan rekan peneliti lainnya berfokus pada pasien dengan gejala yang konsisten mengeluhkan gangguan atau kerusakan saraf, dikenal sebagai neuropati perifer.

Dijelaskan, dari semua kasus, sebelumnya para pasien hanya merasakan gejala Covid-19 ringan. Tidak ada dari mereka yang memiliki riwayat kerusakan saraf sebelum terpapar Covid-19.

"Kami melihat sebagian besar memiliki neuropati serat kecil, kerusakan pada serat saraf kecil yang mendeteksi sensasi dan mengatur fungsi tubuh yang tidak disengaja seperti sistem kardiovaskular dan pernapasan," terang peneliti.

Temuan ini sejalan dengan dengan penelitian Juli lalu, dianalisis Dr Rayaz Malik dari Weill Cornell Medicine Qatar. Ia menemukan hubungan antara kerusakan serat saraf di kornea dan efek long Covid-19.

Dalam studi saat ini, 11 dari 17 pasien diobati dengan steroid atau imunoglobulin intravena (IVIG), pengobatan standar untuk pasien dengan kerusakan serat saraf kecil yang disebabkan oleh respons imun. Beberapa membaik, meskipun tidak ada yang sembuh.

"Ada kemungkinan imunoterapi dapat membantu," kata Dr Avindra Nath, seorang ahli neuroimunologi di Institut Nasional Gangguan Neurologis dan Stroke dan rekan penulis studi.

"Bagi saya, ini menunjukkan bahwa kita perlu melakukan studi prospektif yang tepat terhadap pasien dengan keluhan ini," terang ahli yang meneliti obat dalam uji coba secara acak, kata Nath.

Lantas, apakah Long Covid bisa disembuhkan?

Melansir kompas.com, pendiri Covid Survivor Indonesia (SCI), Juno Simorangkir, menjelaskan, pada dasarnya hingga saat ini belum ada terapi yang komprehensif terkait pengobatan Long Covid.  Meski demikian, kata Juno, sudah ada banyak penderita Long Covid yang melaporkan mengalami perbaikan gejala.

Berdasarkan informasi yang CSI kumpulkan, ia menyebut, proses perbaikan gejala Long Covid rata-rata perlu waktu cukup lama hingga beberapa bulan. Jadi, penderita Long Covid memang harus ekstra bersabar. 

’’Ada banyak yang mengalami perbaikan gejala walau belum ada yang saya dengar sampai 100 persen. Namun, setidaknya penyintas sudah bisa beraktivitas normal,” kata Juno.

CSI adalah sebuah komunitas khusus penyintas Covid-19 di Indonesia termasuk para penyintas Long Covid yang masih mengalami keluhan-keluhan lanjutan. CSI memiliki fokus advokasi terhadap Long Covid dan terafiliasi dengan survivor group internasional serta secara berkala mengadakan komunikasi dengan WHO. 

Juno mengatakan, untuk bisa mengurangi gejala Long Covid, para penyintas tentu tidak boleh tinggal diam saja. Menurut dia, meski belum tersedia terapi pengobatan khusus untuk mengatasi Long Covid, ada beberapa hal yang dapat dilakukan oleh penyintas. 

Berikut beberapa saran yang ditawarkan agar para penyintas bisa ’’berdamai” dengan Long Covid: 

-Perbaiki pola makan

-Mensyukuri setiap perbaikan gejala yang terjadi meski itu kecil atau tidak signifikan

-Terhubung dengan orang lain

-Ikuti iramanya, yakni tidak perlu berlebihan dalam menyikapi perbaikan maupun perburukan kondisi Jangan memaksa diri, misalnya jika butuh istirahat, lebih baik istirahat saja

-Lakukan apa yang membuat senang

-Selalu berpikir positif 

’’Sejauh ini setahu saya belum ada gejala Long Covid yang benar-benar bisa hilang. Biasanya sifatnya juga relapse atau kekambuhan. Kami udah mengira hilang, enggak tahunya suatu hari tiba-tiba muncul lagi. Jadi solusi terbaik ya sudah berdamai saja, selama gejala yang muncul bukan yang menyiksa,” kata Juno.  (*) 

Redaksi: [email protected]
Informasi Pemasangan Iklan: [email protected]
Info Kesehatan: Sebanyak 60 Persen Pasien Long Covid -19 Alami Kerusakan Saraf, Apakah Bisa Sembuh?