02/06/2022 10:13:34
Info Kesehatan

Pemerintah Indonesia Diminta Lebih Waspadai Potensi Masuknya Virus Hendra

Foto: Ilustrasi/Internet

Hingga saat ini, belum ditemukan kasus virus Hendra di Indonesia. Kendati demikian, pemerintah diminta waspada mengingat Indonesia memiliki banyak hewan ternak yang disinyalir dapat menjadi perantara penularan. Seberapa berbahayakah virus ini?

Menurut Epidemiolog Universitas Airlangga (Unair) Laura Navika Yamani, virus Hendra lebih mematikan dari Covid-19. Sebab, tingkat kematian atau case fatality rate dari virus ini cukup tinggi yakni mencapai 50 persen.

"Fatality rate atau tingkat kematiannya lebih tinggi. Jika Covid-19 pada tingkat 3-4 persen, virus Hendra berada pada tingkat 50 persen kematian," kata Laura dikutip dari laman resmi Unair, Kamis (2/6/5).

Meski mematikan, virus Hendra ini masih jarang ditemukan pada manusia. Berdasarkan data dari 1994 hingga 2013, dilaporkan tujuh kematian manusia akibat virus ini.

Laura menjelaskan, virus Hendra ini pertama kali ditemukan tahun 1994 pada wabah penyakit di kawasan Hendra, Brisbane, Australia. Virus ini diketahui bersumber dari kelelawar pemakan buah yang dapat menyerang sistem pernafasan dan neurologi pada hewan serta manusia.

"Setelah ditelusuri, virus ini ternyata bersifat zoonosis yakni bisa berpindah dari host ke host, dari hewan ke manusia," terangnya.

Masuknya virus ini dari kelelawar melalui tubuh manusia, biasa diperantarai oleh hewan mamalia.

"Kalau dari kelelawar langsung ke manusia, biasanya sulit karena sifat host-nya berbeda. Lebih mudah masuk dari perantara sesama mamalia, dalam kasus ini kuda," ujarnya.

Penularan virus Hendra ke kuda menjadi suatu yang wajar, mengingat keduanya hidup di habitat yang sama.

"Karena sifatnya menular melalui droplet, kelelawar pemakan buah yang memiliki habitat dengan kuda, dapat melakukan buang kotoran atau urine yang akhirnya bercampur dengan rumput yang menjadi makanan kuda. Sehingga rumput yang akan dimakan kuda, telah terkontaminasi dengan virus tersebut," tutur Laura.

Kasus infeksi virus Hendra memang jarang ditemukan, tetapi penting untuk mengetahui gejala penyakitnya. Virus ini diketahui bisa menular ke manusia melalui kontak erat dan tingkat higienitas yang rendah.

Penyakit virus Hendra dapat menyebabkan gejala seperti demam, batuk, sakit tenggorokan, dan radang otak.

"Pemerintah juga harus menyadari dan mengawasi bagaimana surveillance-nya, bagaimana cara agar hewan termasuk kuda tidak terjangkit virus Hendra," ujarnya menegaskan. 

Berpotensi jadi Next Pandemic

Ahli epidemiologi dari Universitas Griffith Australia Dicky Budiman menilai bahwa virus Hendra memiliki potensi menjadi pandemi sama halnya dengan virus nipah.

Meskipun demikian, virus Hendra sangat jarang dikabarkan menjangkiti manusia, hanya ada tujuh kasus di dunia sejak tahun 2013. Namun, hal tersebut memunculkan kekhawatiran ketika varian baru virus Hendra ditemukan di Australia.

"Kita tahu bahwa Henipavirus yang terdiri dari Nipahviru (NiV) dan hendra virus merupakan dua jenis virus yang berpotensi menjadi pandemi," tutur Dicky seperti dilansir dari detikcom.

 

Ia menilai bahwa di Indonesia bisa saja sudah ada yang terinfeksi namun tidak terdeteksi. Hal tersebut berdasar dari studi serologi yang menemukan 20-25 persen sejumlah jenis kelelawar memiliki antibodi terhadap virus hendra, kelelawar tersebut ditemukan di Kalimantan dan Sulawesi. (*)

Redaksi: [email protected]
Informasi Pemasangan Iklan: [email protected]
Info Kesehatan: Pemerintah Indonesia Diminta Lebih Waspadai Potensi Masuknya Virus Hendra