06/06/2022 11:04:54
Info Kesehatan

Berpotensi Masuk Indonesia, Kasus Cacar Monyet Terus Melonjak

Foto: Ilustrasi/Internet

Kasus cacar monyet terus melonjak karena per Minggu (5/6/2022) kasus terkonfirmasi yang dicatat Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mencapai 780.  Meski belum ditemukan kasusnya di Indonesia, masyarakat tetap perlu waspada. Kenapa?

Terus melonjaknya jumlah kasus cacar monyet dilaporkan diluar negara endemik, seperti Afrika Barat dan Tengah. WHO juga menyebut tingkat risiko Kesehatan global terkait cacar monyet masih dalam kategori sedang, bahkan dinilai sangat mungkin jumlah kasus lebih tinggi dari yang dilaporkan karena keterbatasan tes laboratorium.

"Sangat mungkin negara lain akan mengidentifikasi kasus dan akan ada penyebaran virus lebih lanjut," sebut WHO seperti dikutip Channel News Asia.

Sebagian besar kasus cacar monyet sejauh ini diidentifikasi melalui layanan kesehatan seksual atau layanan kesehatan lain, tetapi masih berkaitan dengan aktivitas seks.

"Terutama melibatkan laki-laki yang berhubungan seks dengan laki-laki," kata WHO.

Selain Eropa dan Amerika Utara, negara Argentina, Australia, Maroko, dan Uni Emirat Arab ikut mencatat wabah cacar monyet, tetapi masing-masing baru mencatat satu kasus. Satu kasus cacar monyet di negara non-endemik dianggap sebagai wabah.

Gejala cacar monyet

Melansir detikcom, juru bicara Kementerian Kesehatan (Kemenkes RI) dr Mohammad Syahril mengungkapkan, masa inkubasi virus cacar monyet adalah 6-18 hari. Namun, di beberapa kasus, inkubasi bisa membutuhkan waktu sekitar 21 hari.

Adapun gejala awal virus cacar monyet, seperti:

-Demam 38 derajat

-Pembengkakan kelenjar getah bening di leher, di badan, hingga selangkangan

-Sakit kepala luar biasa

"(Inkubasi) biasanya 6-18 hari, tapi ada juga yang sampai 21 hari. Ini yang perlu diketahui, gejalanya ada dua tahapan. Yang pertama gejala awal atau fase prodromal ini 1-3 hari. Tandanya pertama demam tinggi, jadi demamnya di atas 38 derajat, kemudian sakit kepala luar biasa," tuturnya.

"Ini yang menjadi pembeda dengan cacar lain yaitu adanya pembengkakan atau pembesaran kelenjar getah bening di leher, di ketika, ke badan, ini di selangkangan bisa terjadi. Itu 1-3 hari setelah terinfeksi ya," kata Syahril menambahkan.

Sedangkan gejala virus cacar monyet yang sangat infeksius biasanya akan muncul ruam-ruam yang dimulai dari muka, kemudian menyebar ke badan dan tangan.

"Kalau berlanjut, disebut pasien erupsi. Ini paling infeksius atau paling menular, itu timbul ruam-ruam atau lesi, cacar begitulah di kulit terutama di muka. Dimulai dari muka, kemudian menyebar ke badan, dan juga ke tangan. Ini yang menjadi ciri khas cacar ini dan ini sangat infeksius. Diperlukan sampai tiga minggu," ucapnya.

Meskipun demikian, ruam-ruam tersebut akan sembuh dengan sendirinya. Walaupun memang, pasien cacar monyet berusia lanjut dan pengidap komorbid memerlukan perhatian khusus jika terpapar virus cacar monyet.

"Ini bisa sembuh sendiri dengan ditandai rontoknya ruam-ruam tadi lesi-lesi tadi dan sebagian menimbulkan bekas seperti bopeng, tapi tadi sembuh sendiri. Tetapi walaupun sembuh sendiri, perlu kehati-hatian bagi orang dengan risiko tinggi. Contohnya usia lanjut, kemudian dengan komorbid," kata Syahril.

Potensi masuk Indonesia

Ahli epidemiologi Dicky Budiman dari Universitas Griffith Australia menilai ada potensi cacar monyet sudah masuk Indonesia. Terlebih, masa inkubasi cacar monyet berada di tiga minggu sehingga sangat mungkin lolos dari skrining di pintu masuk lantaran tidak mengeluhkan gejala.

"Potensi masuknya atau bahkan sudah adanya cacar monyet di Indonesia atau monkeypox tentu ada ya. Kenapa? Karena pertama bahkan dari data Eropa kasus awalnya kemungkinan terjadi sebelum April atau setidaknya awal April. Tapi di Februari, Maret, sudah terjadi akses-akses terhadap gejala atau monkeypox," terang Dicky.

Ia juga menyebut aktivitas dan pelonggaran besar-besaran di banyak negara membuat risiko penyebaran penyakit ini kian tinggi. Meski begitu, kabar baiknya cacar monyet tidak mungkin menjadi pandemi.

"Di era globalisasi sekarang ketika ada kasus wabah, outbreak, yang terjadi di suatu negara besar kemungkinan dia akan menyebar karena, penerbangan padat, aktivitas manusia yang tinggi, ditambah lagi karakter monkeypox dengan inkubasi tiga minggu," ujarnya.

"Artinya ini tidak akan ter-skrining terdeteksi sampai dia ada di satu lokasi timbul gejala hingga akhirnya menurlarkan," ucapnya. (*)

Redaksi: [email protected]
Informasi Pemasangan Iklan: [email protected]
Info Kesehatan: Berpotensi Masuk Indonesia, Kasus Cacar Monyet Terus Melonjak