Kasus Meningkat, Anak Berisiko Alami Long Covid dan Sindrom Peradangan Multisistem
Kasus rawat inap anak yang terinfeksi Covid-19 akibat subvarian BA.4 dan BA.5 meningkat. Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) pun mengingatkan bahwa usia anak berisiko mengalami Long Covid dan terkena sindrom peradangan multisistem atau Multisystem Inflammatory Symdrome in Children (MIS-C). Seperti apa?
Ketua IDAI dr Piprim Basarah Yanuarso mengimbau orangtua memastikan anak sudah mendapat vaksin Covid-19 lengkap sebelum melakukan pembelajaran tatap muka (PTM). Ia menegaskan risiko penularan Covid-19 pada usia anak relatif tinggi, tidak ada perbedaan dengan usia dewasa.
Terlebih, usia anak juga berisiko mengalami Long Covid dan MIS-C. MIS-C merupakan kondisi saat berbagai organ dalam tubuh mulai dari jantung, paru-paru, ginjal, otak, kulit, mata, hingga organ pencernaan mengalami peradangan.
"Dengan subvarian Omicron BA.4 dan BA.5 yang jauh lebih mudah menular dibanding varian awalnya, pada anak di Indonesia dan subvarian baru ini potensial menyebabkan gelombang kasus berikutnya," katanya dalam keterangan tertulis yang dikutip dari detikcom, Kamis (7/7/2022).
"Data terkini menunjukkan adanya peningkatan kasus Covid-19 pada bayi dan anak yang membutuhkan perawatan. Selain itu juga ada peningkatan kasus Multisystem Inflammatory System in Children (MIS-C) dan potensi kasus Long Covid pada anak di Indonesia," ujarnya.
Ia mewanti-wanti risiko MIS-C dan Long Covid mengintai anak yang belum mendapatkan vaksinasi Covid-19 lengkap hingga mereka yang kerap mengabaikan protokol kesehatan. Di periode liburan, anak-anak cenderung tidak diawasi.
"Padahal anak memiliki risiko yang sama dengan dewasa untuk terinfeksi Covid-19, bahkan berpotensi mengalami komplikasi MIS-C dan Long Covid, sehingga pencegahan adalah yang utama," ucapnya lagi.
"Kami juga mengimbau orangtua untuk tidak membawa anak ke tempat keramaian di masa liburan sekolah, serta mengajarkan anak supaya cakap dan disiplin menerapkan protokol kesehatan. Protokol kesehatan terbukti efektif mencegah berbagai penyakit infeksi, termasuk Covid-19, sehingga kebiasaan baik yang terbentuk selama masa pandemi harus dipertahankan, bahkan semakin ditingkatkan pada situasi adanya kenaikan kasus," tuturnya.
Rekomendasi IDAI untuk anak sekolah
Subvarian BA.4 dan BA.5 berpotensi menyebabkan gelombang kasus berikutnya. Hal ini juga rentan terjadi pada kelompok usia bayi dan anak-anak.
Oleh karena itu, IDAI merekemondasikan beberapa hal untuk anak-anak sekolah sebagai berikut:
1. Selama masa liburan sekolah, orang tua diimbau untuk tidak membawa anak ke tempat keramaian
2. Mengajarkan anak untuk disiplin menerapkan protokol kesehatan
3. Meminta pemerintah untuk meningkatkan testing, tracing dan treatment
4. Mendorong pemerintah untuk menampilkan data terkini kasus Covid-19 terkonfirmasi secara akurat dan transparan, termasuk pada usia bayi dan anak
5. Meminta pihak sekolah, dinas Pendidikan dan pemerintah daerah setempat berkolaborasi dengan orang tua dan dinas kesehatan dalam memastikan keamanan dan keselamatan anak, antara lain:
-Melakukan testing pada anak dengan gejala Covid-19
-Patuh serta disiplin mengerjakan protokol Kesehatan
-Tidak membawa anak ke luar rumah apabila ada gejala demam/batuk/pilek/diare
-Mengaktifkan sistem penapisan aktif per harinya untuk anak, guru, petugas sekolah dan keluarganya yang memiliki gejala suspek Covid-19
IDAI juga menekankan bahwa keputusan buka atau tutup sekolah harus memperhatikan adanya kasus baru di sekolah atau tidak. (*)
Terbaru
- 30/08/2023 15:11:33
Jika Mengalami Impaksi, Sebaiknya Segera Lakukan Pencabutan - 30/08/2023 14:48:28
Tumbuh Tidak Sempurna Sebabkan Rasa Nyeri Luar Biasa - 29/08/2023 12:47:53
Ini Dia 3 Penyakit Utama Pernapasan yang Disebabkan Polusi Udara - 28/08/2023 11:11:38
Polusi Udara Berisiko Sebabkan Kematian, Masih Amankah Berolahraga di Luar Ruangan? - 25/08/2023 13:11:11
Batuk Flu atau Akibat Polusi Udara, Apa Bedanya?
Login Anggota
Tweets by @DokterkecilCom