20/07/2022 10:43:52
Info Kesehatan

Diawasi Ketat WHO, Subvarian Centaurus Sudah Masuk Indonesia

Foto: Ilustrasi/Dokcil

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah memasukkan subvarian Omicron BA.2.75 atau yang dikenal sebagai Centaurus, dalam Variant of Concern (VoC) Lineage Under Monitoring alias diawasi secara ketat. Subvarian ini juga terdeteksi sudah masuk Indonesia.

Melansir CNN Indonesia, hingga saat ini sebanyak tiga kasus centaurus yang ditemukan di Indonesia. Dua diantaranya terjadi di Jakarta, dan satu lainnya di Bali.

"Sudah ada tiga kasus [Omicron BA.2.75]. Satu kasus di Bali dan dua kasus di Jakarta," ujar Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Kementerian Kesehatan, Maxi Rein Rondonuwu.

Subvarian ini pertama kali terdeteksi di India pada awal Mei lalu. Centaurus disebut-sebut sebagai biang kerok lonjakan kasus Covid-19 di sejumlah negara.

Lantas, apa saja gejala Covid-19 yang disebabkan oleh subvarian centaurus ini?

Sejauh ini, tiga pasien centaurus di Indonesia dilaporkan mengalami gejala ringan. Tak ada gejala sedang atau berat yang dilaporkan.

Juru Bicara Kemenkes Mihammad Syahril mengatakan bahwa gejala yang muncul serupa dengan yang ditemukan pada pasien Omicron BA.4 dan BA.5.

"Sama saja [dengan BA.4 dan BA.5], [gejalanya] masih ringan," ujar Syahril, mengutip Detik Health.

Berikut beberapa gejala yang perlu diperhatikan:

- batuk;

- demam;

- pilek;

- nyeri tenggorokan;

- sakit kepala dan pusing;

- mual, muntah;

- sesak napas dalam infeksi yang paling parah.

Kendati demikian, masyarakat diimbau untuk tak terlalu khawatir, namun tetap waspada. Ketua Satgas Penanganan Covid-19 Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Zubairi Djoerban mengatakan kasus yang memperlihatkan gejala Covid-19 centaurus di berbagai negara terhitung masih sedikit.

"Rasanya tidak [perlu khawatir]. Hanya ada sekitar 70 kasus BA.2.75 yang tercatat di seluruh dunia," ujar Zubairi dalam sebuah utas di Twitter pribadinya, Jumat (15/7).

Tak hanya itu, hingga saat ini juga belum ada bukti yang menunjukkan bahwa subvarian ini mampu menimbulkan gejala lebih serius daripada subvarian lain. "Bahkan, beberapa ahli menyebut BA.2.75 itu subvarian paling tidak mematikan," terangnya. (*)

Redaksi: [email protected]
Informasi Pemasangan Iklan: [email protected]
Info Kesehatan: Diawasi Ketat WHO, Subvarian Centaurus Sudah Masuk Indonesia