06/12/2022 12:57:52
Info Kesehatan

Mengenal Virus Zombie Siberia yang ’’Bangkit’’ dari Kematian

Foto: Daily News

Peneliti dari Rusia, Prancis, dan Jerman menemukan virus zombie di Permafrost atau lapisan tanah beku di Siberia, Rusia. Para Ilmuwan dari Pusat Penelitian Ilmiah Prancis telah menghidupkan kembali dan mengelompokkan 13 patogen berusia lebih dari 48.500 tahun ini. Seperti apa?

Melansir CNN Indonesia, peneliti juga menemukan bulu mammoth hingga usus serigala Siberia yang terkubur di bawah permafrost. Penemuan itu kemudian mendukung kesimpulan bahwa virus yang hidup masih berpotensi menjadi patogen menular.

"Situasinya akan jauh lebih berbahaya jika tanaman, hewan, atau penyakit manusia disebabkan oleh kebangkitan virus kuno yang tidak diketahui," tulis para peneliti seperti dikutip dari Science Alert.

"Oleh karena itu sah untuk mendalami risiko partikel virus kuno tetap menular seiring dengan mencairnya lapisan permafrost kuno," lanjut pernyataan tersebut.

Penelitian ini dilakukan seiring dengan pemanasan global yang menyebabkan daratan beku itu mencair hingga menghidupkan kembali berbagai mikroba yang selama ini membeku.

"Seperempat belahan Bumi utara ditopang oleh tanah beku permanen, yang disebut permafrost," tulis para peneliti.

"Karena pemanasan global, permafrost yang mencair secara permanen melepaskan bahan organik yang membeku hingga jutaan tahun, yang sebagian besar terurai menjadi karbon dioksida dan metana," lanjut para peneliti.

Tim peneliti yang terlibat dalam penemuan virus memang dibentuk untuk menggali virus di Siberia. Pada penelitian sebelumnya, peneliti mempelajari penemuan virus berusia 30 ribu tahun.

Virus tersebut termasuk kategori pandoravirus, yakni virus yang cukup besar untuk dapat dilihat dengan mikroskop cahaya. Sementara itu, virus terbaru yang berusia 50 ribu tahun diberi nama Pandoravirus yedoma. Nama tersebut sesuai dengan ukuran dan jenis tanah permafrost tempat virus itu ditemukan.

Tim ahli yang dipimpin oleh ahli mikrobiologi Jean-Marie Alempic dari Pusat Penelitian Ilmiah Nasional Prancis mengatakan virus yang hidup kembali ini berpotensi menjadi ancaman yang signifikan bagi masyarakat.

Syaratnya, daratan beku itu mencair dan membuat virus yang terkubur itu bangkit bak zombie. Untungnya, pemanasan global belum sampai tahap itu.

"Seperempat Belahan Bumi Utara ditopang oleh tanah beku permanen, yang disebut permafrost," tulis para peneliti dalam makalah mereka.

"Karena pemanasan iklim, permafrost yang mencair secara permanen melepaskan bahan organik yang membeku hingga satu juta tahun, yang sebagian besar terurai menjadi karbon dioksida dan metana, yang semakin meningkatkan efek rumah kaca."

Virus purba

Ahli virologi dari University of California, Eric Delwart, sepakat bahwa virus raksasa tersebut merupakan permulaan untuk mengeksplorasi apa yang tersembunyi di bawah permafrost.

Meski tidak terlibat dalam penelitian ini, Delwart memiliki berbagai pengalaman menghidupkan kembali virus tumbuhan purba.

"Jika peneliti benar-benar mengisolasi virus hidup dari permafrost kuno, kemungkinan virus mamalia yang lebih kecil dan lebih sederhana juga akan bertahan dalam keadaan beku selama ribuan tahun," tutur Delwart.

Penelitian mengenai virus berusia 50 ribu tahun tersebut hingga saat ini belum melalui proses peer-review, tetapi bisa diakses lewat situs bioRxiv.

Lalu, apakah virus ini bisa mengubah manusia menjadi zombie layaknya di film-film?

Menurut epidemiolog dari Universitas Griffith Australia, Dicky Budiman, nama virus zombie hanya istilah nama karena virus ini bisa hidup di dalam bekuan es selama ribuan bahkan ratusan ribu tahun.

Ia juga menjelaskan, penamaan patogen virus, bakteri, maupun jamur memiliki standar penamaan secara internasional seperti halnya SARS-CoV-2, penyebab pandemi COVID-19.

"Jadi virus zombie ini virusnya real, tapi istilahnya terlalu membuat orang jadi berasosiasinya ke arah menakutkan walaupun belum tentu. Jadi penamaan patogen dalam halnya bakteri atau virus, itu tidak seperti itu penamaannya," ucapnya seperti dikutip dari detikcom.

Menurut Dicky, yang dikhawatirkan seharusnya bukan dari namanya, melainkan sifat dari virus tersebut yang ternyata bisa hidup kembali usai lama mati.

"Yang mengkhawatirkan sebetulnya dari temuan ini bahwa secara teoritis yang akan ada bukan hanya virus, bisa saja bakteri atau jamur yang hidup di era puluhan ribu, bahkan ratusan ribu tahun yang lalu dalam kondisi dormant (hidup kembali) dan berpotensi menginfeksi manusia," sambungnya lagi.

Kata Dicky, virus ini bisa saja berpotensi menginfeksi manusia meskipun peluangnya lebih kecil dan tak sebesar penyebaran virus dari hewan liar.

"Tapi catatannya meskipun kecil tapi tetap berdampak. Bahkan satu jenis virus seperti Corona Virus atau SARS CoV 2 yang sekarang menjadi pandemi kan juga cuma satu," imbuh Dicky.

"Jadi, meskipun kecil cuma satu, dua, tiga, atau satu sekalipun, tapi kalau dia mematikan, cepat menginfeksi, atau cepat menular membuat orang parah, itu kan tandanya serius," tuturnya lagi. (*) 

Redaksi: [email protected]
Informasi Pemasangan Iklan: [email protected]
Info Kesehatan: Mengenal Virus Zombie Siberia yang ’’Bangkit’’ dari Kematian