09/12/2022 11:53:23
Info Kesehatan

Kemenkes Laporkan 20 Kasus BN.1 di Indonesia

Foto: Ilustrasi/Internet

Selain Omicron XBB dan BQ.1, muncul lagi subvariant baru yang dinamakan BN.1. Dari laporan Kementerian Kesehatan RI (Kemenkes), sudah terdeteksi 20 kasus BN.1 yang tersebar di enam provinsi.

Subvarian BN.1 pertama kali terdeteksi di Kepulauan Riau pada tanggal 16 September 2022.

"Kami menemukan satu varian yang berbeda dengan yang lain. Ini yang lagi kami monitor, apakah ini akan menjadi penyebab peningkatan kasus atau tidak di Indonesia," kata Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kemenkes Siti Nadia Tarmizi seperti dikutip dari Detik Health.

Lalu, apakah subvariant Omicron BN.1 lebih berbahaya?

Beberapa waktu lalu, para peneliti mencatat subvarian Omicron BN.1 menginfeksi 100 orang di Amerika Serikat. Namun pada saat ini, kasus dari subvarian tersebut telah mengalami peningkatan yang sangat pesat di negara tersebut sehingga para peneliti menduga subvarian BN.1 sangat menular dibandingkan subvarian atau varian Covid-19 lainnya.

Para ilmuwan juga telah menandai subvarian tersebut kemungkinan memiliki sifat lolos-kekebalan yang tinggi, dan potensi untuk bersaing dengan varian atau subvarian lainnya.

"Jika sedang meningkat di tempat lain, itu berarti memiliki keunggulan yang dapat meningkatkan risiko mendorong lebih banyak jumlah kasus, serta kemampuan untuk menghindari perlindungan kekebalan yang mungkin kita miliki," kata Ahli virologi Universitas Otago Dr Jemma Geoghegan, dikutip dari NZ Herald, Jumat (9/12).

Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kementerian Kesehatan (Kemenkes RI) Siti Nadia Tarmizi menuturkan BN.1 merupakan garis turunan BA.2.75 yang berasal dari varian Omicron. Mengingat kemungkinan penyebarannya akan meluas, Kemenkes pun bertindak cepat untuk analisis kasus tersebut.

Selain Indonesia, ada 30 negara lain yang sudah terlebih dahulu mengonfirmasi masuknya subvarian tersebut. Negara yang dimaksudkan termasuk Amerika Serikat, Australia, Austria, Denmark, Inggris, India, Ireland, Israel, Jerman, Jepang, Singapura, dan Korea Selatan.

"Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC) sedang memonitor varian ini, karena terdapat peningkatan kasus dengan varian BN.1 selama satu bulan terakhir," kata Nadia.

Gejala

Beberapa waktu lalu, epidemiologi Dicky Budiman dari Universitas Griffith Australia menyebut turunan Omicron semakin pintar mengatasi antibodi dari infeksi ataupun vaksinasi.

Meski diyakini lebih menular, gejala yang ditimbulkannya hampir sama dengan subvarian yang lain, yakni ringan-sedang. Tetap laporkan ke dokter jika tanda-tandanya berikut ini muncul: demam, pilek, batuk, pusing dan sakit kepala, mudah lelah serta lemas, nyeri otot, sakit tenggorokan, dan suara serak. (*) 

Redaksi: [email protected]
Informasi Pemasangan Iklan: [email protected]
Info Kesehatan: Kemenkes Laporkan 20 Kasus BN.1 di Indonesia