28/02/2023 12:32:07
Info Kesehatan

Cegah Anak Menjadi Pelaku Kekerasan, Yuk Simak Faktor Psikologisnya!

Foto: Ilustrasi/iStock

Kasus penganiayaan yang dilakukan Mario Dandy terhadap David Ozora adalah salah satu peristiwa yang perlu menjadi perhatian bersama. Bagaimanapun, orang tua punya tanggung jawab untuk mencegah anak-anak mereka kelak menjadi pelaku kekerasan.

Lalu, mengapa ada saja kasus kekerasan yang dilakukan seorang anak? Apakah anak yang kasar bisa diartikan karena kesalahan pola asuh orang tuanya?

Perlu diketahui, faktor internal dan eksternal bisa menjadi salah satu penyebab anak menjadi pelaku kekerasan verbal maupun fisik. Untuk mengenal lebih jauh permasalahan ini, kenali penyebab anak menjadi pelaku kekerasan dan cara mencegahnya.

Melansir Kompas.com, setiap orang termasuk anak-anak pada dasarnya mengalami perubahan emosi dari dari waktu ke waktu. Jadi, lumrah ketika suatu saat anak-anak mengalami tantrum, setidaknya sembilan kali per minggu.

Tantrum adalah salah satu cara anak-anak meluapkan emosi, seperti berteriak, menangis, hingga memukul-mukul. Hal yang tidak wajar dan perlu menjadi perhatian orang tua adalah, ketika anak lebih dari empat tahun mengembangkan sifat kasar seiring bertambahnya usia. Kondisi ini bisa menjadi bibit-bibit pelaku kekerasan.

Ada beberapa faktor penyebab anak-anak menjadi pelaku kekerasan atau tumbuh dengan sifat keras, antara lain:

1.       Rasa frustasi

Dikutip dari Yale Medicine, pemicu paling umum anak menjadi pribadi yang keras adalah rasa frustrasi ketika anak sering tidak puas atau tidak bisa memperoleh keinginannya. Anak juga bisa merasa frustrasi ketika dipaksa melakukan sesuatu yang sebenarnya tidak ia kehendaki.

2.       Gangguan mood

Dilansir dari ChildMindInstitute, penyebab anak menjadi pelaku kekerasan lainnya yakni gangguan mood karena beberapa kondisi, seperti bipolar. Seorang anak dengan gangguan bipolar mengalami fase manik yang dapat menimbulkan perilaku agresif. Mereka biasanya juga kehilangan kendali, impulsif, dan bisa depresi. Kondisi ini membuat mereka mengamuk dengan kemarahan yang meletup-letup.

3.       Faktor psikosis

Dilansir dari Yankes Kemkes, psikosis adalah gangguan jiwa yang ditandai dengan ketidakmampuan seseorang untuk membedakan mana yang nyata dan tidak nyata. Hal ini bisa membuat individu atau anak-anak mengembangkan kecurigaan tak beralasan terhadap orang lain atau kondisi tertentu. Kecurigaan tersebut menimbulkan rasa takut dan akhirnya mereka cenderung berusaha melawan dengan tindakan kekerasan.

4.       Gangguan kognitif

Anak-anak yang memiliki masalah kognitif (berpikir), gangguan intelektual, atau masalah komunikasi seperti autisme dapat memicu munculnya sikap agresif. Sikap tersebut ditunjukkan karena mereka sulit mengatasi atau mengendalikan kecemasan pada dirinya sendiri.

5.       Trauma

Trauma seperti pernah menjadi korban kekerasan atau bullying juga bisa memicu anak mengembangkan sikap keras atau mengarah ke perilaku kekerasan. Paparan media Anak-anak yang sering melihat perilaku kekerasan, entah di lingkungan keluarga, maupun di televisi, atau platform lainnya juga berisiko meniru sikap tersebut.

Faktor sosial dan ekonomi Kombinasi dari faktor sosial ekonomi keluarga yang penuh tekanan, seperti kemiskinan, perceraian orangtua, dan kurangnya perhatian juga bisa membuat anak berperilaku kasar.

Ada beberapa penyebab anak melakukan kekerasan atau menjadi pelaku kekerasan yaitu dari gangguan mood, hingga faktor sosial dan ekonomi. Orang tua mungkin perlu berkonsultasi dengan psikolog untuk mengetahui penyebab pasti yang mendasari sang buah hati berperilaku kasar.

Cara mencegah anak menjadi pelaku kekerasan

Psikolog anak Dr. Rose Mini Agoes Salim, M. Psi, menyebut bahwa pendidikan moral dapat mencegah kemungkinan anak tumbuh dengan sifat keras di masa dewasa.

"Kalau kita lihat, anak yang suka melakukan kekerasan itu mungkin saja ada pengaruh juga dari pola asuhnya, tetapi juga kadang orangtua tidak mengajarkan yang namanya moral," ujar Rose Mini, dilansir dari Antara.

Lebih lanjut Rose menjelaskan, moral adalah kemampuan seseorang untuk mengetahui atau memetakan mana yang baik dan buruk. Pendidikan moral untuk mencegah sang buah hati menjadi pelaku kekerasan dapat dimulai dari mengajarkan anak bagaimana caranya berempati.

Anak-anak yang mengerti apa itu empati umumnya bisa lebih memahami perasaan, pikiran, serta keinginan orang lain. Ia juga lebih cepat tanggap dalam menyadari sikapnya, sebagai contoh, mencubit adalah perilaku buruk yang bisa menimbulkan luka bagi orang lain. Selain empati, ada beberapa pendidikan moral lain yang perlu diberikan kepada anak, yaitu keadilan, kontrol diri, dan kebaikan atau menumbuhkan kebiasaan untuk berbuat baik kepada orang lain.

Psikolog menjelaskan, salah satu pencegahan agar anak tidak menjadi pelaku kekerasan yaitu dengan mengajarkan pendidikan moral, yang terdiri dari sikap empati, hingga kebaikan. Setelah menyimak beberapa faktor penyebab anak menjadi pelaku kekerasan di atas, pastikan orangtua bisa lebih cermat memantau tumbuh kembang buah hatinya. (*)

*Dari berbagai sumber

 

Redaksi: [email protected]
Informasi Pemasangan Iklan: [email protected]
Info Kesehatan: Cegah Anak Menjadi Pelaku Kekerasan, Yuk Simak Faktor Psikologisnya!