25/07/2023 12:52:20
Info Kesehatan

Kasus Obesitas di Indonesia Meningkat, Kemenkes Imbau Masyarakat jadi Smart Eater

Foto: Ilustrasi/Depositphotos

Data Riskesdas 2013-2018, kasus obesitas di Indonesia naik dari 15,3 persen menjadi 21,8 persen. Kementerian Kesehatan meminta masyarakat lebih cerdas dalam memilih makanan (smart eater) untuk mencegah kasus obesitas terus meninggi.

 

Menurut Wakil Menteri Kesehatan RI dr Dante Harbuwono, berdasarkan data Riskesdas tersebut, peningkatan kasus obesitas di Indonesia terbilang drastic.

"Riskesdas 2013 itu angka obesitas di Indonesia sekitar 15,3 persen. Begitu dipotret lagi tahun 2018, obesitasnya menjadi 21,8 persen. Jadi ada peningkatan yang begitu drastis di masyarakat tentang obesitas," katanya dalam konferensi pers Senin (24/7/2023) yang dikutip dari Detik Health.

Karena itu, diperlukan keterlibatan semua pihak untuk bisa menekan angka obesitas yang terus meningkat di Indonesia. Ia mengimbau masyarakat untuk bisa menjadi 'konsumen cerdas' ketika membeli berbagai produk makanan atau minuman kemasan.

"Yang perlu dilakukan adalah bagaimana mendidik masyarakat menjadi 'smart eater' atau cerdas untuk makan," ucap Wamenkes.

"Jadi sebelum membeli makan, dia harus baca dulu itu kalorinya berapa, sehingga nanti dia bisa memperhitungkan kalau dia makan makanan tersebut atau untuk anaknya bisa dilihat," tambahnya.

Selain memperhatikan informasi nilai gizi makanan, Wamenkes juga mengimbau masyarakat untuk memperhatikan ukuran lingkar perut. Hal ini kerap diabaikan padahal bisa menjadi potensi berbagai penyakit berkaitan dengan obesitas.

"Obesitas itu berkaitan dengan berat badan dan tinggi badan. Untuk dewasa yang penting juga adalah lingkar perut. Walau tinggi dan berat badan seimbang, jangan sampai lingkar perutnya buncit seperti bapak-bapak," katanya.

Wamenkes mengatakan ukuran lingkar perut maksimal untuk laki-laki adalah 90 cm, sedangkan untuk perempuan 80 cm.

"Kalau lebih dari itu, maka akan ada banyak sekali lemak visceral atau lemak yang terkandung di dalam lapisan jaringan usus yang akan berpotensi memberikan kontribusi pada penyakit-penyakit yang berkaitan dengan obesitas. Misalnya seperti jantung diabetes, hipertensi, dan sebagainya," tutur.

Minim edukasi gizi

Dokter Dante Saksono Harbuwono menjelaskan, sedikitnya ada tiga wilayah yang mencatat kasus obesitas lebih tinggi dibandingkan DKI Jakarta, yakni Tangerang, Depok, dan Bekasi. Dante menilai bahwa peningkatan pendapatan masyarakat di beberapa daerah tidak dibarengi dengan pembelanjaan yang benar terkait kebutuhan pangan.

"Jadi ada peningkatan begitu drastis di masyarakat tentang obesitas ini, mungkin dipacu oleh income yang semakin meningkat, pendapatan semakin meningkat dan terutama tingkat obesitas ini banyak sekali di daerah-daerah penyanggah kota besar," tuturnya.

"Seperti Tangerang, Depok, Bekasi, Bogor, itu angka obesitasnya lebih tinggi daripada di DKI Jakarta. Itu menunjukkan angka obesitas berkorelasi dengan pendapatan masyarakat yang semakin meningkat," sambungnya.

Pendapatan tinggi tersebut, sayangnya tidak dibarengi dengan pengetahuan soal nilai gizi makanan. Wamenkes mengimbau publik untuk selalu mengecek lebih dahulu label kemasan makanan. Hal tersebut setidaknya menjadi langkah awal untuk tahu seberapa banyak kalori yang masuk ke tubuh. (*) 

Beberapa kasus obesitas ekstrem yang pernah terjadi di Indonesia: youtu.be/tBtCXFDbVqc

 

Redaksi: [email protected]
Informasi Pemasangan Iklan: [email protected]
Info Kesehatan: Kasus Obesitas di Indonesia Meningkat, Kemenkes Imbau Masyarakat jadi Smart Eater