26/07/2023 16:27:04
Waspadai Kekerasan Seksual pada Anak (2)

Jangan Takut Lapor, Perhatikan Gejala Psikologis yang Muncul

Foto: Ilustrasi/internet

Semua orang rentan mengalami kekerasan seksual, dan 70 persennya dialami anak-anak. Yang membuat miris, sebagian besar dari korban mengalami fenomena gunung es dimana kekerasan yang dilaporkan sangat sedikit.

Pakar Psikiatri Anak Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga (Unair), dr. Yunias Setiawati mengatakan, permasalahan kekerasan seksual di Indonesia membutuhkan penanganan khusus. Sebab, ada 70 persen anak di Indonesia pernah mengalami kekerasan baik dari luar dan dalam lingkungannya.

Menurutnya, perlu adanya penyelesaian yang panjang karena angka kekerasan seksual pada anak di Indonesia cukup besar. Salah satu usia yang rentan mengalami kekerasan yaitu pada usia di bawah 5 tahun.

"Kita harus menyelesaikan permasalahan ini agar tidak semakin berkepanjangan di masa mendatang karena dapat mengganggu keberlangsungan hidup dari sang anak," tuturnya dikutip dari laman resmi Unair.

Lebih lanjut, dr. Yunias Setiawati juga menjelaskan pentingnya mengenal jenis kekerasan seksual pada anak yaitu secara langsung dan tak langsung.

Catcalling termasuk salah satu yang kerap terjadi di kalangan anak dan remaja. Parahnya, masyarakat kerap kali meremehkan catcalling, namun hal tersebut berdampak besar bagi korbannya.

"Salah satu bentuk catcalling yakni melalui sapaan dengan tujuan tertentu. Sapaan tersebut mengandung makna lain. Hal tersebut yang harus kita hindari," terangnya.

Ia juga mengingatkan bahwa semua orang bisa rentan untuk mengalami kekerasan seksual baik perempuan dan laki-laki. Sebagian besar dari korban mengalami 'fenomena gunung es', yakni kondisi di mana kekerasan yang dilaporkan sangat sedikit dibandingkan dengan yang tidak.

Menurut dr. Yunias Setiawati, mayoritas dari korban enggan untuk melapor dan speak up atas kekerasan yang mereka alami. Hal itu menjadi bahaya karena anak-anak akan merasa terancam jika mereka melapor kepada pihak luar atas kekerasan yang mereka alami.

Oleh karena itu sangat penting bagi semua orang tidak hanya pendidik dan orang tua untuk mengedukasi korban untuk tidak takut melapor.

"Hal ini perlu adanya penanganan pertama untuk para korban agar rasa trauma berangsur menghilang. Lakukan deteksi dini pada anak jika dirasa hal yang mengganjal selama berkegiatan sehari-hari," ujarnya.

Kenali gejala psikologis yang muncul

Cara terbaik melindungi dan mencegah bentuk kekerasan seksual pada anak adalah menciptakan komunikasi yang baik dengan anak. Belajarlah untuk terbuka membahas apapun kepada anak. Bicaralah dengan anak jika orang tua  mencurigai pelecehan seksual.

Pelecehan seksual anak tidak selalu mudah dikenali dan beberapa penyintas mungkin tidak menunjukkan tanda-tanda yang jelas. Pelakunya bisa jadi adalah seseorang yang sudah lama dikenal atau dipercayai.

Segera cari tahu penyebab dari kondisi berikut karena bisa jadi hal tersebut terjadi karena kekerasan seksual. Beberapa kondisi tersebut antara lain:

-Perdarahan, memar, atau pembengkakan di area genital.

-Pakaian dalam yang berdarah, robek, atau bernoda.

-Kesulitan berjalan atau duduk.

-Infeksi saluran kemih atau jamur yang sering terjadi.

-Nyeri, gatal, atau terbakar di area genital.

Selain gejala fisik, anak-anak juga bisa menunjukkan perubahan perilaku, seperti:

-Perubahan kebersihan, seperti menolak mandi atau mandi berlebihan.

-Mengembangkan fobia.

-Menunjukkan tanda-tanda depresi atau gangguan stres pasca-trauma.

-Mengungkapkan pikiran untuk bunuh diri, terutama pada remaja.

-Memiliki masalah di sekolah, seperti absen atau nilai turun.

-Pengetahuan atau perilaku seksual yang tidak pantas.

-Mimpi buruk atau mengompol.

-Terlalu protektif dan peduli pada saudara kandung, atau mengambil peran sebagai pengasuh.

-Kembali ke perilaku regresif, seperti mengisap jempol.

-Kabur dari rumah atau sekolah.

-Menyakiti diri sendiri.

-Tampak terancam oleh kontak fisik. (*)

Redaksi: [email protected]
Informasi Pemasangan Iklan: [email protected]
Waspadai Kekerasan Seksual pada Anak (2): Jangan Takut Lapor, Perhatikan Gejala Psikologis yang Muncul